3. Swedia Kritik Sikap Erdogan
Erdogan mengutuk protes terbaru, yang dilakukan oleh politisi sayap kanan dari partai Denmark, sebagai penistaan yang tidak dapat dipertahankan oleh kebebasan berbicara. Pemerintah Swedia juga mengkritik protes tersebut.
"Swedia memiliki kebebasan berekspresi yang luas, tetapi itu tidak berarti bahwa pemerintah Swedia, atau saya sendiri, mendukung pendapat yang diungkapkan," kata Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom pada Sabtu (21/1/2023).
Menanggapi pernyataan Erdogan pada Senin (23/1/2023), Billstrom mengatakan bahwa dia ingin memahami dengan tepat apa yang dikatakan pemimpin Turki itu sebelum berkomentar.
"Swedia akan menghormati kesepakatan yang ada antara Swedia, Finlandia dan Turki mengenai keanggotaan NATO kami," tambahnya.
4. Swedia Gabung NATO Usai Invansi Rusia ke Ukraina
Swedia, bersama dengan Finlandia, mendaftar untuk bergabung dengan NATO setelah Rusia menginvasi Ukraina, tetapi protes baru-baru ini telah meningkatkan ketegangan.
Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa kebebasan berekspresi adalah "komoditas berharga" di negara-negara NATO, dan tindakan ini, meski tidak pantas, tidak "secara otomatis ilegal".
Turki, negara mayoritas Muslim, mengecam keputusan pemerintah Swedia untuk mengizinkan protes tersebut sebagai "sama sekali tidak dapat diterima".
"Tidak ada yang berhak mempermalukan orang-orang kudus," ujarnya dalam sambutannya di televisi pada Senin (23/1/2023).
"Ketika kita mengatakan sesuatu, kita mengatakannya dengan jujur, dan ketika seseorang menghina kita, kita menempatkan mereka pada tempatnya,” tambahnya.