NEW YORK – Amerika Serikat (AS) telah menembak jatuh balon China raksasa yang diduga menjadi mata-mata. AS dilaporkan mengerahkan empat jet tempur yakni F-22 dan F-15 untuk menyelidiki situasi dan kondisi, sebelum menembakkan rudal AIM-9x Sidewinder A2A seharga USD400.000 (Rp6 miliar) untuk menembak jatuh balon. Rudal ini ditembakkan dari jet tempur seharga USD216.000 (Rp3,3 miliar).
Seorang pejabat pertahanan mengatakan kepada wartawan, sebuah jet tempur F-22 menyerang balon ketinggian tinggi dengan satu rudal - AIM-9X Sidewinder - dan jatuh sekitar enam mil laut di lepas pantai AS pada pukul 14:39 EST (19:39 GMT).
Pejabat pertahanan mengatakan kepada media AS bahwa puing-puing balon itu mendarat di perairan setinggi 47 kaki (14 m) - lebih dangkal dari yang mereka perkirakan - dekat Pantai Myrtle, Carolina Selatan.
Penyelam Angkatan Laut AS pun langsung diterjunkan untuk mencari memulihkan puing-puing yang tersebar sejauh tujuh mil (11 km). Dua kapal angkatan laut, termasuk satu dengan derek berat untuk pemulihan, berada di area tersebut.
BACA JUGA: China Protes Keras Usai AS Tembak Jatuh Balon Raksasa yang Dicurigai Mata-Mata
Lalu, pertanyaannya pun muncul mengapa AS harus bersusah payah dan rela mengeluarkan anggaran besar demi menembak jatuh balok rasasa tersebut?
Menurut beberapa sumber, nalon cuaca adalah hal biasa yang bisa ditemukan. Ribuan balon diluncurkan setiap hari di seluruh dunia untuk mengumpulkan informasi tentang suhu, angin, dan kelembapan di bagian atas atmosfer.
Balon cuaca tidak terlalu besar – mengembang dari diameter 6 kaki (1,8 meter) hingga 20 kaki (6 meter) saat naik di ketinggian. Muatan mereka juga kecil, terdiri dari sebuah kotak kecil dengan beberapa sensor.