JENEWA - Kepala Kampanye Internasional Penghapusan Senjata Nuklir (ICAN), peraih penghargaan Nobel 2017, pada Kamis (23/2/2023) mengatakan bahwa setahun setelah invasi Rusia di Ukraina, dunia akan menghadapi risiko besar penggunaan senjata nuklir.
“Pekan ini kami akan memperingati satu tahun sejak Rusia melancarkan invasi total dan brutal atas Ukraina,” kata Direktur Eksekutif Interim ICAN Daniel Hogsta, dikutip Antara.
Hogsta memperingatkan bahwa dunia menghadapi risiko besar penggunaan senjata nuklir untuk pertama kali sejak 1945.
BACA JUGA: Putin Tangguhkan Keikutsertaan Rusia dalam Perjanjian Kontrol Senjata Nuklir Terakhir dengan AS
Lebih lanjut Hogsta mengatakan Rusia telah berulang kali mengeluarkan ancaman langsung maupun tersirat untuk menggunakan senjata nuklir terhadap Ukraina, dan ada perkembangan risiko bahwa hal itu dapat terjadi sebagai akibat perang.
“Ada kemungkinan salah perhitungan atau Rusia menanggapi hal yang dianggap ancaman bagi Moskow,” lanjutnya.
Hogsta mengatakan bahwa semakin lama Rusia memutuskan untuk melanjutkan invasi dan operasi militernya, semakin besar kemungkinan senjata nuklir digunakan dalam konflik ini, dan dunia harus menanggapi dengan serius.
Hogsta menanggapi pernyataan Presiden Vladimir Putin pekan ini yang mengatakan Moskow akan menangguhkan penerapan perjanjian pengendalian senjata, New START, yang merupakan perjanjian terakhir yang tersisa antara Rusia dengan Amerika Serikat (AS).