Orang-orang yang menderita dampak gas air mata dirawat di tangga di luar gedung parlemen.
Sebelumnya, rancangan undang-undang tersebut telah dengan mulus melewati pembacaan parlementer pertamanya, lapor media Georgia.
Beberapa pengunjuk rasa yang berkumpul di luar gedung parlemen membawa bendera Georgia, Uni Eropa, dan Amerika Serikat (AS), dan berteriak: "Tidak untuk hukum Rusia", dan "Anda orang Rusia" pada politisi di dalam badan legislatif.
Rusia dipandang sebagai musuh oleh banyak orang Georgia, setelah Moskow mendukung separatis di wilayah Georgia yang memisahkan diri dari Abkhazia dan Ossetia Selatan pada 1990-an. Ratusan ribu orang Georgia tetap mengungsi di dalam negeri setelah beberapa konflik etnis berdarah.
Berbicara di Berlin sebelumnya pada Selasa, Perdana Menteri Georgia Giorgi Garibashvili menegaskan kembali dukungannya terhadap undang-undang tersebut, mengatakan ketentuan yang diusulkan tentang agen asing memenuhi "standar Eropa dan global".
Partai berkuasa, yang mengatakan ingin Georgia bergabung dengan Uni Eropa, menuduh para pengecam RUU itu menentang Gereja Ortodoks Georgia, salah satu institusi negara yang paling dihormati dan berpengaruh.