JAKARTA - Amerika Serikat menembak jatuh balon raksasa yang diduga untuk mata-mata milik Beijing di lepas Pantai Surfside, Carolina Selatan beberapa waktu lalu.
Balon berukuran besar milik Tiongkok yang tampak seperti bulan di siang hari ini, ternyata adalah balon putih besar yang terdeteksi melintas di wilayah Amerika Serikat tepatnya di atas Samudra Atlantik.
Diperkirakan, balon mata-mata Beijing tersebut telah menghabiskan waktu berhari-hari melakukan perjalanan melintasi berbagai negara, dengan tujuan negeri Paman Sam.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, mengatakan bahwa dirinya berencana berbicara dengan Presiden China Xi Jinping tentang apa yang AS sebut sebagai balon mata-mata China yang ditembak jatuh jet tempur AS awal bulan ini setelah melintasi AS.
“Kami tidak menginginkan perang dingin baru,” kata Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Gedung Putih, dikutip VOA.
Biden, dalam keterangannya yang paling terperinci mengenai balon China dan tiga objek tak dikenal lain yang ditembak jatuh jet-jet AS, tidak menjelaskan kapan ia akan berbicara dengan Xi, namun dia mengatakan bahwa AS terus berkomunikasi secara diplomatik dengan China terkait masalah tersebut.
Penampakan balon China juga dilaporkan oleh negara-negara di Amerika Latin, salah satunya Kolombia, yang langsung memulai penyelidikan terhadap objek dengan karakteristik mirip dengan balon, yang terdeteksi di atas 55.000 kaki di sektor utara negara tersebut. Penerbangan Sipil Kosta Rika mengonfirmasi melihat balon besar terbang di atas ibu kota, San Jose.
Menanggapi hal ini, pusat kajian kebijakan dalam dan luar negeri Indonesia atau Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (Centris), mengimbau agar negara-negara dunia khususnya Indonesia untuk merespons serius permasalahan balon mata-mata China, yang dianggap telah mengancam kedaulatan negara.
Peneliti senior Centris, AB Solissa mengatakan, temuan balon mata-mata Beijing, membuktikan kebenaran rumor terkait kegiatan spionase ilegal yang dilakukan China ke beberapa negara dunia, khususnya yang dianggap kompetitor oleh Tiongkok.
“Dari informasi yang kami terima, sisa puing-puing balon China yang ditembak jaruh oleh pesawat tempur Amerika Serikat, telah ditemukan sensor dan peralatan elektronik yang diduga kuat untuk menguping sinyal elektronik,” kata AB Solissa kepada wartawan, Jumat, (10/3/2023).
Beberapa analis yang menganalisa sisa-sisa reruntuhan balon Beijing, lanjut AB Solissa, menyebut balon China untuk mendeteksi dan mengumpulkan sinyal intelijen sebagai bagian dari program pengawasan udara besar terkait militer.
Setidaknya empat balon Beijing telah terlihat di Hawaii, Florida, Texas, dan Guam dimasa pemerintahan Presiden Donald Trump, dan saat ini balon-balin tersebut baru dapat diidentifikasi sebagai kapal udara pengintai China.
Balon dapat dioperasikan pada ketinggian yang sangat tinggi, setinggi 68.000 meter, sehingga lebih sulit dijangkau pesawat dan terdeteksi radar modern.