"Seseorang di keluarganya seharusnya melakukannya dengan cara yang benar sejak lama," tambahnya.
Seperti diketahui, Kota Gwangju adalah pusat pemberontakan melawan darurat militer, yang dipaksakan oleh Chun setelah dia memimpin sebuah kudeta.
Menurut angka resmi, srangan militer terhadap pengunjuk rasa menyebabkan lebih dari 200 orang tewas atau hilang.
Demonstrasi pro-demokrasi pada 1980 menarik puluhan ribu orang dan militer mengerahkan ribuan pasukan untuk menghadapi mereka.
Pada hari kesembilan demonstrasi, tentara menembaki pengunjuk rasa yang berkumpul di kantor pemerintah provinsi di Gwangju.
Diduga pasukan ini melakukan pemukulan, penyiksaan, pelecehan seksual, dan pengeluaran isi perut tanpa pandang bulu.
Militer juga memerintahkan helikopter tempur untuk menembak para pengunjuk rasa dan menyiagakan jet tempur yang dipersenjatai dengan bom.