ITALIA - Penjaga Pantai Italia memimpin upaya penyelamatan untuk menyelamatkan setidaknya 400 migran yang terapung-apung di atas kapal di Laut Mediterania antara Italia dan Malta, di sepanjang rute imigrasi yang diperingatkan Lembaga Swadaya Manusia (LSM) sangat berbahaya.
Penjaga pantai mengatakan kepada CNN, tiga operasi penyelamatan yang melibatkan beberapa kapal sedang berlangsung untuk membantu kapal berisi 400 migran, serta kapal lain dengan perkiraan 800 orang di dalamnya.
Kapal yang membawa 400 migran itu berada sekitar 170 mil tenggara Capo Passero, lepas pantai Calabria, dan berisiko terbalik setelah terdampar setidaknya selama 24 jam.
Layanan dukungan Alarm Phone mengatakan dalam sebuah tweet pada Minggu (9/4/2023) bahwa mereka telah menerima telepon dari kapal, yang telah berangkat dari Tobruk, Libya, semalam. Layanan ini juga menambahkan telah melaporkan situasi tersebut kepada pihak berwenang, tetapi tidak ada operasi penyelamatan yang diumumkan.
Alarm Phone mengatakan banyak penumpang membutuhkan perawatan medis. Termasuk seorang anak, wanita hamil dan orang cacat. Penumpang melaporkan beberapa orang yang tertekan mungkin telah melompat ke laut, termasuk satu orang yang dikatakan tidak sadarkan diri di atas kapal. Lambung kapal telah penuh terisi air.
Setiap tahun, puluhan ribu migran yang melarikan diri dari perang, penganiayaan, dan kemiskinan mengambil risiko menempuh rute berbahaya untuk mencari prospek ekonomi yang lebih baik. Mereka bepergian dengan perahu yang tidak layak untuk perjalanan dan dapat terdampar, memicu pertikaian diplomatik besar antara negara-negara Eropa di wilayah tersebut.
Menurut angka terbaru dari badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada 2022, sebanyak 105.131 orang mencapai Italia melalui Laut Mediterania.
Data yang sama menemukan bahwa 1.368 orang meninggal atau hilang. Pada Maret lalu, setidaknya 28 migran tewas setelah kapal mereka tenggelam di lepas pantai Tunisia saat mereka mencoba menyeberangi Mediterania ke Italia.
Sepanjang tahun ini, 27.875 orang telah melakukan pelayaran. Sebagian besar pendatang telah melakukan perjalanan dari Pantai Gading, Guinea, Bangladesh, Tunisia, dan Pakistan.
LSM Jerman Sea-Watch International men-tweet bahwa mereka telah menemukan kapal itu pada Minggu (9/4/2023), menambahkan pihak berwenang Malta telah memerintahkan dua kapal dagang terdekat untuk tidak menyelamatkan mereka yang ada di dalamnya, tetapi telah meminta salah satu dari mereka untuk memasok bahan bakar, makanan, dan air ke kapal tersebut. CNN telah menghubungi otoritas Malta untuk memberikan komentar, tetapi belum menerima tanggapan.
Sea-Watch mengatakan kepada CNN pada Senin (10/4/2023) bahwa cuaca menjadi "sangat buruk" pada malam hari, dengan gelombang setinggi 1,5 meter (5 kaki).
“Karena jumlah orang di kapal dan kondisi cuaca saat ini, ada risiko mendesak bahwa kapal akan terbalik,” kata juru bicara LSM tersebut.
“Oleh karena itu, pusat koordinasi penyelamatan laut di Malta harus segera memulai operasi penyelamatan. Sebaliknya, bagaimanapun, kapal dagang diinstruksikan untuk mengeluarkan bensin sehingga kapal dapat berlayar ke Italia sendiri, yang sangat berbahaya,” lanjut juru bicara itu.
Alarm Phone mengatakan dalam sebuah tweet bahwa pihaknya berhasil terhubung kembali dengan kapal pada dini hari Senin, menambahkan para migran telah melanjutkan perjalanan mereka dan sekarang telah mencapai zona Pencarian dan Penyelamatan (SAR) bersama antara Malta dan Italia.
“Mereka melaporkan gelombang tinggi dan angin kencang. Tetap saja, tidak ada penyelamatan yang terlihat! Jangan tinggalkan mereka di laut, selamatkan [mereka] sekarang!” desak LSM.
Penjaga Pantai Italia mengatakan kepada CNN, Senin, lebih dari 1.700 migran telah tiba di Pulau Lampedusa di Sisilia dalam 48 jam terakhir. Ia menambahkan sekarang ada 1.800 migran di ruang yang dirancang untuk 400 orang. Lampedusa, pulau terdekat Italia ke Afrika, adalah tujuan utama bagi migran yang ingin memasuki negara-negara Uni Eropa (UE).
(Susi Susanti)