MALAYSIA – Seorang ayah yang beragama Islam, Khairul Nizam Omar dipuji oleh netizen setelah membagikan kisahnya tentang bagaimana dia mengajari putrinya untuk menghormati semua agama dalam postingan Facebooknya baru-baru ini.
Sang putri, Asya, diketahui menjadi siswa baru di sebuah sekolah biara. Dia pun penasaran dengan salib Kristen yang dilihatnya di sekolahnya.
Khairul pun menceritakan hal itu di postingan Facebooknya. “Selama minggu pertama sekolah, dia menanyakan segala macam pertanyaan yang menantang,” tulisnya.
“Pa, apa arti simbol plus di dinding sekolah?” tanya Asya, mengacu pada salib Kristen.
Dia mengatakan bahwa dia berusaha menjawab pertanyaan sang anak sedikit demi sedikit. Namun dia kembali diberikan banyak pertanyaan menantang lainnya .
“Bisakah Muslim duduk di dekat salib?” tanya Asya kali ini.
“Saya meyakinkannya bahwa tidak akan ada masalah jika dia memilih duduk dekat dengan salib. Sebagai contoh temannya Jade yang seorang non-Muslim tetapi sering melewati masjid sambil mendengarkan azan, tapi Jade baik-baik saja,” jelas Khairul kepada gadis kecilnya yang penasaran.
Dalam tanggapan yang lebih mengharukan, Khairul mulai menjelaskan lebih lanjut kepada Asya bahwa agama lebih dari sekedar materi yang bisa dilihat atau diraba.
“Agama bukan tentang apa yang kamu sentuh dengan tangan atau lihat dengan matamu.. Agama jauh di lubuk hati saat aku menunjuk ke arah hatinya.. Tidak bisakah ada yang menyentuh tangan Asya? Dia mengangguk .. Bisakah seseorang menyentuh mata Asya? Dia mengangguk lagi.. Bisakah seseorang menyentuh hatimu? Dia menggelengkan kepalanya.. Jadi, apa yang harus kita takuti?,” ungkapnya.
Khairul memberi tahu putrinya bahwa dia tidak perlu khawatir dan kita semua harus menghormati agama setiap orang karena Allah SWT tidak suka melihat orang berkelahi.
Berbicara secara eksklusif kepada WORLD OF BUZZ, Khairul mengatakan dia tidak menyangka postingannya menjadi viral karena dia biasanya hanya membagikan pengalamannya tanpa ekspektasi di Facebook.
Dia mengatakan saat dirinya tumbuh di tahun 80-an, dia tidak pernah mendengar ada orang yang saling menghina karena perbedaan ras atau agama meski memiliki kelompok teman yang beragam. Namun banyak hal yang telah berubah belakangan ini.
“Adalah tanggung jawab saya untuk menunjukkan kepada agama lain bahwa Islam bukanlah ekstremis.. Sikap kita mencerminkan keyakinan kita,” ujarnya.
Khairul mengatakan dia tidak bisa mengubah dunia tetapi bisa mencoba mengubah orang-orang di sekitarnya.
Ketika ditanya apakah ia memiliki saran tentang bagaimana sebaiknya orangtua mendidik anaknya untuk mengamalkan kerukunan beragama, ia mengatakan cara terbaik adalah menjadi teladan yang baik.
“Mata mereka selalu memantau apa yang kita lakukan,” katanya.
Anak-anak belajar dari contoh yang ada. Jadi, tugas orangtua adalah memberi contoh yang terbaik tentang bagaimana mereka menggambarkan perbedaan agama atau ras mereka. Orang Malaysia beruntung dapat terpapar pada kumpulan komunitas yang beragam secara budaya sehingga dapat belajar dan mengalami begitu banyak dari satu sama lain.
Kisah mengharukan ini adalah bukti betapa banyak dari kita yang secara aktif memprioritaskan kerukunan beragama di Malaysia. Posting-an Facebook Khairul saat ini memiliki 8,8 ribu suka, 4,5 ribu dibagikan dengan lebih dari 600 komentar!
(Susi Susanti)