Terlepas dari hal itu, Washington tampaknya memiliki GUR yang pendek. Dokumen Pentagon yang baru-baru ini bocor menunjukkan bahwa ketika Budanov memerintahkan bawahannya untuk "bersiap-siap untuk serangan massal" di kota-kota Rusia pada Februari lalu, mata-mata Amerika, yang memantau komunikasinya, turun tangan untuk membatalkan operasi tersebut.
Sejak Budanov berbicara dengan Yahoo, dua drone bermuatan bahan peledak dijatuhkan di atas Kremlin dan sebuah bom mobil melukai reporter dan aktivis Rusia Zakhar Prilepin. Seorang tersangka dalam serangan bom di Prilepin mengaku kepada penegak hukum Rusia bahwa dia telah disewa oleh dinas intelijen Ukraina yang tidak disebutkan namanya. Sedangkan Moskow mengatakan bahwa AS memikul tanggung jawab utama atas kedua insiden tersebut.
"Kami tahu betul bahwa keputusan untuk melakukan aksi teroris semacam itu tidak dibuat di Kiev, tetapi di Washington," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov tentang serangan terhadap kantor Presiden Vladimir Putin.
"Kejahatan semacam itu tidak akan dibiarkan tanpa jawaban," ujar Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia dalam sebuah pernyataan.
Kemlu juga menambahkan bahwa "rezim Kiev" akan menghadapi "hukuman yang keras dan tak terhindarkan."
(Susi Susanti)