Paus Fransiskus Serukan Orang Italia Miliki Lebih Banyak Anak, Bukan Hewan Peliharaan

ROMA – Paus Fransiskus ikut mendukung seruan Perdana Menteri (PM) Georgia Meloni yang mendorong agar orang-orang Italia memiliki lebih banyak anak. Paus Fransiskus mencela kesulitan keuangan yang dihadapi pasangan muda dan pilihan “egois”, yang telah menyebabkan rekor tingkat kelahiran rendah yang mengancam masa depan negara. 

Pemuka umat Katolik dunia itu juga mendesak diambilnya tindakan politik konkret untuk membalikkan apa yang disebut "musim dingin demografis", yang dalam hal populasi mengakibatkan hilangnya kota seukuran Bari pada 2022.

Paus Fransiskus mengkritik pasangan yang memiliki hewan peliharaan alih-alih anak, menyerukan agar sumber daya didedikasikan untuk membantu pasangan menumbuhkan keluarga mereka, dengan mengatakan perlu "menanam masa depan" dengan harapan.

“Janganlah kita menyerah pada kebodohan dan pesimisme yang mandul,” kata Fransiskus pada pertemuan tahunan organisasi pro-keluarga di Roma sebagaimana dilansir Associated Press.

“Janganlah kita percaya bahwa sejarah telah ditandai, bahwa tidak ada yang dapat dilakukan untuk membalikkan tren.”

Italia mencatat rekor jumlah kelahiran hidup yang rendah tahun lalu, 392.598, yang dikombinasikan dengan peningkatan jumlah kematian, 713.499. Situasi ini telah mempercepat tren demografis yang mengancam sistem jaminan sosial Negeri Piza.

Pemerintah Perdana Menteri Giorgia Meloni mendukung kampanye untuk mendorong setidaknya 500.000 kelahiran setiap tahun pada 2033, tingkat yang menurut para ahli demografi diperlukan untuk mencegah keruntuhan ekonomi dengan menumbuhkan populasi berpenghasilan saat para pensiunan menarik dana pensiun mereka.

Meloni berkuasa tahun lalu dalam kampanye pro-keluarga "Tuhan, keluarga, tanah air" dan pemerintahnya telah mengusulkan sejumlah langkah untuk mencoba mendorong keluarga untuk memiliki lebih banyak anak, mengingat tingkat kesuburan Italia 1,24 anak per wanita. termasuk yang terendah di dunia.

Sejumlah penelitian menunjukkan kombinasi faktor yang membuat perempuan enggan memiliki anak, termasuk kurangnya tempat penitipan anak yang terjangkau, gaji rendah dan kontrak kerja tidak tetap, dan tradisi perempuan yang sering memikul beban merawat orang tua yang lebih tua.

Meloni, yang memiliki seorang putri dengan pasangannya, mengatakan kepada kongres asosiasi keluarga bahwa sudah waktunya untuk membalikkan tren tersebut.

(Rahman Asmardika)