BANDARLAMPUNG - Jumlah penderita penyakit katarak di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh pelayanan yang tidak merata terhadap pasien terdiagnosa katarak.
Hal tersebut diungkapkan dr. Rahmat Syuhada, Sp. M (K) VR saat menjadi pemateri dalam talkshow kesehatan kerjasama MNC Peduli dan Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin (RSPBA) Lampung, Sabtu (27/5/2023).
dr. Rahmat mengatakan, pada tahun 2017 di Indonesia terdapat 8 juta orang mengalami gangguan penglihatan, diantaranya 1,6 juta orang buta dan 6,4 juta orang dengan gangguan penglihatan sedang dan berat.
"Dari angka tersebut, sebesar 81,2 persen gangguan penglihatan disebabkan oleh katarak," ujar dr Rahmat.
Dia menuturkan, katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah pada penurunan ketajaman visual atau penglihatan.
dr Rahmat membeberkan, katarak bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia lanjut, perokok, paparan sinar UV, penggunaan obat atau tetes mata yang salah.
Faktor lainnya, kata dr Rahmat, yaitu kelainan sistemik seperti adanya riwayat diabetes. Penderita diabetes akan lebih mudah terkena katarak.
"Kadar gula tinggi, maka didalam lensa kita akan tinggi juga kadar gulanya, sehingga kejernihan lensa akan lebih cepat terganggu," ungkap dia.
dr. Rahmat melanjutkan, penyakit mata lainnya dan riwayat keluarga juga menjadi salah satu faktor penyebab katarak. Namun untuk riwayat keluarga masih menjadi perdebatan.
"Dengan semua faktor itu apakah harus takut dengan katarak? Tentu jawabannya tidak," ucapnya.
Dokter spesialis mata terbaik di Provinsi Lampung ini melanjutkan, penyakit katarak dapat dicegah dengan memperhatikan asupan makanan, berhenti merokok.
Kemudian melindungi mata dari pancaran sinar matahari, kontrol gula darah bagi penderita diabetes, serta melakukan pemeriksaan mata secara rutin.
Selanjutnya dr. Rahmat mengimbau kepada masyarakat untuk tidak takut untuk melakukan pengobatan kataran dengan jalan operasi.
"Gak perlu takut, Katarak hanya dapat diatasi melalui operasi. Operasi mata cuma 10-15 menit, gak ada darah, gak harus dijahit, gak harus rawat inap. Operasi akan aman di tangan dokter yang baik, dokter yang ahli di Rumah Sakit yang sudah punya fasilitas seperti di RSPBA ini," pungkasnya.
(Awaludin)