RUSIA – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Rusia telah menempatkan gelombang pertama senjata nuklir taktis di Belarusia.
Presiden Rusia mengatakan kepada sebuah forum bahwa senjata nuklir itu hanya akan digunakan jika wilayah atau negara Rusia terancam.
Belarusia adalah sekutu utama Rusia dan berfungsi sebagai landasan peluncuran untuk invasi besar-besaran Putin ke Ukraina pada Februari tahun lalu.
Putin mengatakan transfer hulu ledak nuklir taktis akan selesai pada akhir musim panas.
Menjawab pertanyaan setelah pidato di Forum Ekonomi Internasional St Petersburg, Putin mengatakan langkah itu adalah tentang ‘pertahanan’ dan untuk mengingatkan siapa pun yang berpikir untuk menimbulkan kekalahan strategis pada Rusia.
Ketika ditanya oleh moderator forum tentang kemungkinan penggunaan senjata-senjata itu, Putin punya jawabannya sendiri.
"Mengapa kita harus mengancam seluruh dunia? Saya telah mengatakan bahwa penggunaan tindakan ekstrem dimungkinkan jika ada bahaya terhadap kenegaraan Rusia,” ujarnya.
Senjata nuklir taktis adalah hulu ledak nuklir kecil dan sistem pengiriman yang dimaksudkan untuk digunakan di medan perang, atau untuk serangan terbatas. Mereka dirancang untuk menghancurkan target musuh di area tertentu tanpa menyebabkan kejatuhan radioaktif yang meluas.
Senjata nuklir taktis terkecil bisa berukuran satu kiloton atau kurang yang bisa menghasilkan setara dengan seribu ton bahan peledak TNT. Yang terbesar bisa sebesar 100 kiloton. Sebagai perbandingan, bom atom yang dijatuhkan AS di Hiroshima pada 1945 adalah 15 kiloton.
Pemimpin Rusia dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin Afrika di St Petersburg setelah mereka mengunjungi Kyiv pada Jumat (16/6/2023) sebagai bagian dari prakarsa perdamaian yang mereka persembahkan untuk kedua negara.
Namun saat mereka berada di kota itu diserang rudal Rusia.
Dalam pertemuan itu, Putin juga membahas tema ekonomi, mengklaim bahwa sanksi Barat terhadap Rusia telah gagal mengisolasinya dan malah menyebabkan perluasan perdagangannya dengan "pasar masa depan".
Dia memuji kesepakatan baru dengan negara-negara di Asia, Timur Tengah dan Amerika Latin dan menyebut mereka sebagai mitra yang dapat diandalkan dan bertanggung jawab.
Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan tidak ada indikasi Kremlin berencana menggunakan senjata nuklir untuk menyerang Ukraina.
"Kami tidak melihat adanya indikasi bahwa Rusia sedang bersiap untuk menggunakan senjata nuklir," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken setelah komentar Putin.
Adapun Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dalam pertemuan itu menyerukan de-eskalasi di kedua sisi dan negosiasi untuk perdamaian.
"Kami datang ke sini untuk mendengarkan dan mengakui apa yang telah dialami rakyat Ukraina," katanya.
Tetapi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan alih-alih membuat tawaran diplomatik ke Rusia, sebaiknya hal itu dibekukan secara diplomatis untuk mengirim pesan bahwa komunitas internasional mengutuk invasinya.
Zelensky mengatakan Kyiv tidak akan memasuki negosiasi dengan Moskow saat masih menduduki wilayah Ukraina.
(Susi Susanti)