LONDON - Otoritas keamanan Kanada memulai penyelidikan atas meledaknya kapal selam wisata Titan di dalam laut, pada Jumat (23/6/2023). Insiden tersebut menewaskan lima penumpangnya saat menyelam ke bangkai kapal Titanic yang berusia seabad. Kecelakaan tersebut menimbulkan pertanyaan akan ekspedisi bawah laut itu yang belum diatur dalam undang-undang.
Puing-puing kapal selam Titan ditemukan di dasar Samudra Atlantik Utara pada Kamis (22/6/2023) oleh kapal selam robotik yang dikerahkan kapal pencari Kanada. Penemuan puing itu mengakhiri upaya penyelamatan intensif berskala internasional selama lima hari.
Laksamana Muda Penjaga Pantai Amerika Serikat (AS) John Mauger mengatakan pecahan Titan ditemukan di dasar laut sekitar 488 meter dari haluan bangkai kapal Titanic, di kedalaman sekitar 4 km.
Titan hilang kontak 1 jam, 45 menit setelah menyelam dari kapal induknya, pada Minggu (18/6/2023).
Dia mengatakan kepada wartawan pada Kamis (22/6/2023) bahwa puing-puing itu seperti akibat "ledakan ke dalam yang dahsyat”. Artinya, kapal sepanjang 22 kaki itu akhirnya remuk dan hancur di bawah tekanan hidrostatik yang sangat besar di kedalaman itu.
Salah satu dari lima orang yang menjadi korban adalah Stockton Rush, pendiri dan CEO OceanGate Expeditions yang bermarkas di AS. Perusahaan itu mengoperasikan kapal selam tersebut dan mengenakan biaya USD250.000 atau sekitar Rp3,7 miliar per orang untuk melakukan perjalanan berwisata ke Titanic. Dia lah yang mengemudikan kapal itu.