Kisah Humanis Prajurit Kopassus di Papua hingga Dijuluki Bapak Maleo

Arief Setyadi , Jurnalis
Selasa 18 Juli 2023 06:01 WIB
Ilustrasi Kopassus (Foto: Ist)
Share :

JAKARTA - Prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang merupakan pasukan elite TNI AD ditugaskan ke Papua. Tugasnya jelas untuk menjaga NKRI dengan angkat senjata maupun merebut hati warganya.

Dikisahkan dalam buku Kopassus Untuk Indonesia karangan Iwan Santosa E.A. Natanegara, sangking menyatunya dengan masyarakat di Papua, prajurit Kopassus dijuluki sebagai Bapak Maleo.

Prajurit Kopassus Letda Gondolpus Borlak dalam buku tersebut menceritakan pengalamannya saat bertugas ke Papua dan menjadi sahabat warga di Tanah Cendrawasih.

Saat itu, Papua masih banyak tertinggal dalam pembangunan. Bahkan, masyarakatnya banyak masih hidup secara tradisional, seperti tinggal di hutan sehingga tidak mengetahui keberadaan NKRI.

Sehingga prajurit Kopassus yang ditugaskan harus mampu memperkenalkan NKRI terlebih dahulu sebelum menanamkan jiwa nasionalisme kepada warga Papua. Mereka harus berbaur dengan menggunakan pendekatan adat.

Strategi tersebut bukan hal yang mudah dilakukan karena kelompok separatis selalu mengintai mereka. Prajurit Baret Merah memahami, kunci utama merebut hati warga dengan cara komunikasi yang baik, menyetarakan pandangan, serta menghargai dan menyayangi layaknya manusia.

Letda Gondolpus Borlak, salah satu prajurit yang ditugaskan di pos Timika, Papua, pada 1996. Ia memiliki misi untuk meraih simpati rakyat Papua dan membangun jaringan informasi di tiap kecamatan.

Borlak mengungkapkan, selama bertugas di Papua, kehidupan masyarakat Papua masih banyak tertinggal. "Orang pedalaman itu ada yang belum pernah sampai ke Merauke. Ada juga yang belum pernah melihat mobil secara fisik itu seperti apa. Bukan itu saja, sampai sekarang pun seperti itu," kata Borlak.

Bersama rekannya Kolonel Pomiman Basuki, Borlak berusaha keras mengembalikan citra NKRI kepada warga Papua dengan cara baik-baik.

"Yang penting kita bisa menciptakan suasana hidup yang baik di tengah-tengah masyarakat, sehingga masyarakat mengakui Indonesia itu adalah negaranya," ujar Borlak.

Mereka harus bisa berbaur dan mengikuti adat warga lokal. Bahkan, Borlak kerap menggendong babi, sehingga dengan mudah diterima karena dianggap memahami budaya warga Papua.

Dengan latar belakangnya sebagai mantan guru agama Kristen Katolik semakin memudahkan Borlak. Mengingat mayoritas masyarakat Timika beragama Kristen Katolik.

Kendati tak melulu hanya orang-orang beragama Kristen yang bisa diterima warga Papua. Dalam kisahnya, juga ada prajurit Kopassus beragama Islam yang sukses berbaur dengan warga lokal.

"Namanya Serma Haji Sumpena. Dia beragama Islam, tetapi di kalangan orang Kristen dan petinggi kelompok separatis Kristen itu dia bisa membawa diri dengan baik, bahkan bisa bersalam-salaman. Sehingga ketika pada suatu kesempatan terjadi penyanderaan, kami bisa bernegosiasi dan sandera pun bisa dikembalikan tanpa tebusan uang," kenangnya.

Prajurit Kopassus, menurutnya banyak yang pernah bertugas di Papua. Bahkan, harus menjadi guru di sela-sela tugasnya hingga mantri kesehatan. Mereka harus siap menjadi apa saja saat masyarakat membutuhkan.

Interaksi antara prajurit Kopassus dan warga Papua membuat mereka mendapat julukan unik, yakni Bapak Maleo.

(Arief Setyadi )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya