Tuding Propaganda Imperialis, Ukraina Kecam Pidato Paus kepada Pemuda Rusia

Susi Susanti, Jurnalis
Rabu 30 Agustus 2023 16:23 WIB
Ukraina kecam pidato Paus Fransiskus yang dituduh berisi propaganda imperialis (Foto: Reuters)
Share :

UKRAINA - Para pejabat Ukraina mengkritik pidato Paus Fransiskus baru-baru ini kepada pemuda Rusia, dan menyebut pernyataannya sebagai “propaganda imperialis.

Paus membuat pidato video di Majelis Pemuda Katolik Seluruh Rusia ke-10 di St. Petersburg pada Jumat (25/8/2023), di mana ia mendesak mereka untuk memandang diri mereka sebagai keturunan kekaisaran Rusia.

“Jangan pernah lupakan warisanmu. Anda adalah keturunan dari Rusia yang agung: Rusia yang agung dari para orang suci, para penguasa, Rusia yang agung dari Peter I, Catherine II, kekaisaran itu – terpelajar, kebudayaan yang agung, dan kemanusiaan yang agung. Jangan pernah menyerah pada warisan ini,” kata Paus, dikutip CNN.

“Anda adalah keturunan Ibu Pertiwi Rusia yang agung, majulah bersamanya. Dan terima kasih – terima kasih atas cara Anda bersikap, atas cara Anda menjadi orang Rusia,” lanjutnya.

Pada Senin (28/8/2023), juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina Oleh Nikolenko mengecam pidato Paus.

“Ini adalah jenis propaganda imperialis, 'ikatan spiritual' dan 'kebutuhan' untuk menyelamatkan 'Ibu Pertiwi Rusia' yang digunakan Kremlin untuk membenarkan pembunuhan ribuan warga Ukraina dan penghancuran ratusan kota dan desa di Ukraina,” terang Nikolenko dalam postingan Facebook.

“Misi Paus seharusnya adalah membuka mata generasi muda Rusia terhadap kehancuran kepemimpinan Rusia saat ini dan sebaliknya ia mempromosikan ide-ide kekuatan besar Rusia, yang sebenarnya merupakan alasan agresi kronis Rusia,” lanjutnya.

Pada tahun lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin membandingkan dirinya dengan Peter Agung dalam sebuah pameran yang didedikasikan untuk kaisar pertama Rusia, menggunakan perbandingan tersebut untuk membenarkan invasi Rusia ke Ukraina.

“Peter yang Agung mengobarkan Perang Besar Utara selama 21 tahun,” kata Putin saat itu.

“Sebaliknya, dia berperang dengan Swedia yang mengambil sesuatu darinya. Dia tidak mengambil apa pun, dia kembali. Begitulah yang terjadi,” lanjutnya. Dia menambahkan bahwa tidak masalah jika negara-negara Eropa tidak mengakui perebutan wilayah oleh Peter Agung dengan kekerasan.

Pernyataan tersebut dengan cepat dikecam oleh masyarakat Ukraina, yang menganggapnya sebagai pengakuan terang-terangan atas ambisi kekaisaran Putin – dan kembali disorot minggu ini setelah pidato Paus.

Sviatoslav Shevchuk, kepala Gereja Katolik Yunani Ukraina, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Peter yang Agung dan Catherine yang Agung adalah contoh terburuk dari imperialisme dan nasionalisme ekstrim Rusia.

Dia memperingatkan bahwa kata-kata Paus dapat dianggap sebagai dukungan terhadap nasionalisme dan imperialisme yang menyebabkan perang di Ukraina saat ini.

“Sebagai Gereja, kami ingin menyatakan bahwa dalam konteks agresi Rusia terhadap Ukraina, pernyataan seperti itu menginspirasi ambisi neokolonial negara agresor,” jelasnya.

Pada Selasa (29/8/2023), Vatikan menolak penafsiran kata-kata Paus sebagai pujian terhadap imperialisme.

“Paus bermaksud mendorong kaum muda untuk melestarikan dan mempromosikan semua hal positif dalam budaya besar dan spiritualitas Rusia, dan tentu saja tidak mengagungkan logika imperialis dan kepribadian pemerintah, yang dikutip untuk menunjukkan beberapa periode sejarah yang menjadi acuan,” kata pernyataan Vatikan.

Paus sebelumnya telah dikritik karena beberapa komentarnya tentang perang Rusia di Ukraina.

Dalam sambutannya yang diterbitkan oleh surat kabar Italia La Stampa pada Juni tahun lalu, Paus Fransiskus mengatakan perang tersebut mungkin diprovokasi atau tidak dicegah. Dia mengatakan bahwa sebelum Rusia menginvasi Ukraina, dia bertemu dengan “seorang kepala negara” yang “sangat khawatir tentang pergerakan NATO.”

Pada Agustus tahun lalu, Paus membuat marah Kiev dengan menyebut komentator politik Rusia Darya Dugina, putri seorang filsuf ultra-nasionalis, sebagai salah satu korban perang yang “tidak bersalah” setelah dia terbunuh oleh bom mobil di pinggiran kota Moskow.

Kementerian Luar Negeri Ukraina memanggil Nuncio Apostolik di Ukraina, Uskup Agung Visvaldas Kulbokas, untuk membahas pernyataan Paus Fransiskus, dengan mengatakan bahwa pernyataan tersebut “tidak adil” yang menyamakan “agresor dan korban.”

Para pejabat Ukraina sebelumnya mengatakan mereka “tidak mengetahui” tentang misi perdamaian Vatikan untuk menyelesaikan konflik dengan Rusia, menyusul klaim Paus bahwa mereka terlibat dalam proses tersebut.

Menurut Vatikan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertemu dengan Paus di Roma pada Mei lalu, ketika Paus Fransiskus meyakinkan “doanya yang tiada henti” untuk perdamaian dan menekankan perlunya “sikap manusiawi” terhadap para korban perang.

(Susi Susanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya