Meskipun suaranya tenang, ElFadel menderita trauma. Dia masih belum bisa memproses apa yang terjadi pada murid-muridnya dan sekolahnya.
“Saya tidak tidur; saya masih shock,” katanya.
“Orang-orang menganggap saya salah satu yang beruntung, tapi saya tidak tahu bagaimana saya bisa terus menjalani hidup saya,” terangnya.
ElFadel senang mengajar bahasa Arab dan Prancis kepada anak-anak di desa yang dihuni oleh Amazigh - yang sebagian besar berbicara dalam bahasa mereka sendiri, Tamazight.
“Bahasa Arab dan Prancis sangat sulit dipelajari, namun anak-anak sangat cerdas, dan mereka hampir fasih dalam kedua bahasa tersebut,” kenangnya.
Dia berencana untuk melanjutkan karirnya dalam mengajar, dan berharap pihak berwenang akan membangun kembali sekolah Adaseel – yang runtuh akibat gempa.
Menurut pernyataan resmi, sebanyak 530 institusi pendidikan mengalami kerusakan dalam berbagai tingkat, termasuk beberapa di antaranya runtuh total atau mengalami kerusakan struktural yang parah.
Pemerintah Maroko untuk sementara waktu menghentikan kegiatan belajar mengajar di wilayah yang terkena dampak paling parah.
“Mungkin suatu hari nanti ketika mereka membangun kembali sekolah dan kelas-kelas kembali aktif, kita bisa mengenang 32 anak tersebut dan menceritakan kisah mereka,” tambahnya.
(Susi Susanti)