Rusia mengatakan pasukan penjaga perdamaiannya telah mengevakuasi 5.000 orang dari daerah berbahaya sejak serangan dimulai, kantor berita Interfax melaporkan.
Wilayah yang memisahkan diri di Kaukasus Selatan ini diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan dan pemerintah di Baku telah menegaskan niatnya untuk mengambil kendali penuh atas wilayah tersebut.
Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, memuji perjanjian gencatan senjata sebagai kemenangan besar, dan menyatakan bahwa negaranya telah memulihkan kedaulatannya atas wilayah tersebut untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.
Namun warga etnis Armenia khawatir bahwa penguasaan Azerbaijan akan menyebabkan pembersihan etnis dan warga Armenia Karabakh terpaksa mengungsi.
Penasihat pihak berwenang Karabakh, Davit Babayan, mengatakan kepada Reuters bahwa rakyatnya tidak bisa dibiarkan mati dan jaminan keamanan diperlukan sebelum pasukan lokal menyerahkan senjata mereka.
Presiden Aliyev mengatakan negaranya tidak melawan populasi di Karabakh, hanya “junta kriminal” mereka.
Dewan Keamanan PBB dijadwalkan membahas Nagorno-Karabakh pada Kamis, (21/9/2023) malam.
Dilemahkan oleh blokade selama berbulan-bulan dan tanpa dukungan internasional yang signifikan, pasukan Karabakh melihat Azerbaijan memperoleh keuntungan teritorial dengan cepat setelah melancarkan operasi militernya pada Selasa, (19/9/2023).