“Anda perlu merasakan medannya untuk mengetahui apakah pesawat ruang angkasa itu kemungkinan akan jatuh atau akan menabrak 'batu malapetaka' yang berada tepat di tepi lokasi yang akhirnya dipilih, yang disebut Nightingale. Jika itu terjadi, maka hal itu akan menjadi bencana,” lanjutnya.
Momen pengambilan sampel pada 20 Oktober 2020 sungguh mencengangkan.
Osiris-Rex menurunkan dirinya ke arah asteroid dan menahan mekanisme penangkapannya pada ujung ledakan sepanjang 3m (10 kaki).
Idenya adalah untuk menampar permukaan dan, pada saat yang sama, mengeluarkan semburan gas nitrogen untuk mengangkat kerikil dan debu. Apa yang terjadi selanjutnya sungguh mengejutkan.
Ketika mekanismenya bersentuhan, permukaannya terbelah seperti cairan. Pada saat gas ditembakkan, piringannya sudah turun 10 cm (4 inci). Tekanan nitrogen meledakkan kawah berdiameter 8m (26 kaki). Materi beterbangan ke segala arah, namun yang terpenting juga masuk ke ruang pengumpulan.
Dan sekarang di sinilah kita berada. Osiris-Rex hanya berjarak beberapa jam lagi untuk mengirimkan sampel Bennu pada akhir perjalanan pulang pergi selama tujuh tahun tujuh miliar kilometer.
Setelah kapsul tersebut mendarat dengan aman, kapsul tersebut akan dibawa ke Johnson Space Center di Texas, tempat ruang bersih khusus telah dibangun untuk menganalisis sampel.
Dr Ashley King dari Natural History Museum (NHM) London akan menjadi salah satu ilmuwan pertama yang menggunakan bahan tersebut. Dia adalah bagian dari tim “quick look” yang akan melakukan analisis awal.