Gelombang Pengungsi Pertama Dimulai, 30.000 Etnis Armenia Tinggalkan Nagorno-Karabakh

Susi Susanti, Jurnalis
Rabu 27 September 2023 05:51 WIB
30.000 pengungsi mulai tinggalkan Nagorno-Karabakh (Foto: AP)
Share :

ARMENIA - Hampir 30.000 etnis Armenia telah meninggalkan Nagorno-Karabakh, seperempat dari populasi wilayah kantong yang direbut Azerbaijan pada pekan lalu.

Ratusan mobil diparkir di satu jalan menuju Armenia, tujuan mereka yang berangkat.

Azerbaijan mengatakan penduduknya akan aman. Namun Perdana Menteri (PM) Armenia mengatakan "pembersihan etnis" telah dimulai.

Nagorno-Karabakh – yang diakui sebagai bagian dari Azerbaijan – telah dipimpin oleh etnis Armenia selama tiga dekade.

Wilayah pegunungan di Kaukasus Selatan didukung oleh Armenia – tetapi juga oleh sekutunya, Rusia.

Setidaknya 200 warga etnis Armenia dan puluhan tentara Azerbaijan tewas saat tentara Azerbaijan menyerbu masuk. Sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata, kelompok separatis setuju untuk menyerahkan senjata mereka.

Suku Azeri mengatakan mereka ingin memperlakukan etnis Armenia sebagai “warga negara yang setara” namun bantuan dalam jumlah terbatas diizinkan masuk dan banyak warga yang melarikan diri.

Saat mereka melintasi perbatasan pada Selasa (26/92/023), ribuan warga etnis Armenia menjalani pemeriksaan ketat dari pengawas perbatasan Azerbaijan.

Pihak berwenang Azerbaijan mengaku sedang mencari tersangka "kejahatan perang", dan salah satu sumber pemerintah mengatakan kepada kantor berita Agence France Presse (AFP) bahwa negara tersebut bermaksud menerapkan "amnesti kepada pejuang Armenia yang meletakkan senjata mereka di Karabakh".

“Tetapi mereka yang melakukan kejahatan perang selama perang Karabakh harus diserahkan kepada kami,” terangnya.

Ratusan mobil dan bus berusaha mencapai kota Goris melintasi perbatasan.

Tim BBC melihat keluarga-keluarga berdesakan di dalam mobil, sepatu bot meluap, dan rak atap penuh dengan barang-barang. Yakin bahwa mereka akan meninggalkan rumah untuk selamanya, orang-orang menghabiskan sebagian besar hidup mereka di dalam kendaraan.

Di dalam Goris, sebuah kota kecil yang berwarna coklat berdebu seperti pegunungan bergerigi yang mengelilinginya, jalan-jalan sempit dipenuhi lebih banyak mobil dan lebih banyak keluarga. Salah satu dari mereka telah tiba dengan sebuah mobil yang diikat hanya dengan selotip, bagian sampingnya penyok parah dan terdapat lubang pecahan peluru, dan jendela-jendelanya pecah.

Pemiliknya mengatakan kepada BBC bahwa rumah tersebut terkena tembakan mortir ketika Azerbaijan melancarkan serangan kilat untuk menguasai wilayah tersebut pekan lalu.

“Tetapi hal itu tetap membawa kita sampai di sini,” ujarnya tersenyum sambal dikelilingi oleh anak-anak kecil.

Di alun-alun kota utama, orang-orang berkeliaran, tidak yakin apa yang harus dilakukan selanjutnya. Relawan membagikan sejumlah makanan pokok dan selimut.

Pengungsi terdaftar dan sesekali ada bus untuk memindahkan orang ke kota atau desa lain. Namun tampaknya hanya sedikit yang mempunyai rencana selain mencapai sejauh ini.

Selama dua hari minggu lalu, Malina dan keluarganya berkumpul di ruang bawah tanah saat desa mereka diserang. Setelah pasukan Karabakh menyerah, Malina mengatakan pemerintah setempat menyuruh semua orang berangkat ke Armenia demi keselamatan. Desa mereka di wilayah Martakert di Nagorno-Karabakh kini kosong.

Malina mengatakan keluarganya pergi karena – apa pun jaminannya – mereka tidak akan merasa aman di bawah pemerintahan Azerbaijan.

Sentimen serupa juga dirasakan oleh banyak pihak yang menyaksikan situasi yang terjadi.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya