AS Pasok 1,1 Juta Butir Amunisi yang Disita dari Iran ke Ukraina

Susi Susanti, Jurnalis
Kamis 05 Oktober 2023 12:03 WIB
AS pasok 1,1 juta peluru yang disita dari Iran ke Ukraina (Foto: Reuters)
Share :

NEW YORK - Amerika Serikat (AS) telah mengirimkan sekitar 1,1 juta peluru yang disita dari Iran pada tahun lalu ke Ukraina.

Komando Pusat AS (Centcom), yang mengawasi operasi di Timur Tengah, mengatakan peluru tersebut disita dari sebuah kapal yang menuju Yaman pada Desember tahun lalu.

Sekutu Ukraina di Barat baru-baru ini memperingatkan bahwa lini produksi mereka kesulitan mengimbangi laju penggunaan amunisi Ukraina.

Centcom mengatakan peluru Iran dipindahkan ke Ukraina pada Senin (2/10/2023).

Dalam sebuah pernyataan, Centcom mengatakan AS berkomitmen untuk bekerja sama dengan sekutu dan mitra kami untuk melawan aliran bantuan mematikan Iran di wilayah tersebut dengan segala cara yang sah.

Amunisi tersebut awalnya disita oleh pasukan angkatan laut AS dari sebuah kapal tanpa kewarganegaraan bernama MARWAN 1 pada 9 Desember tahun lalu.

Pemerintah AS memperoleh kepemilikan atas aset-aset tersebut pada Juli lalu melalui proses yang dikenal sebagai perampasan sipil, yang mana suatu aset dapat disita jika pemiliknya diduga terlibat dalam aktivitas kriminal.

Dalam kasus ini, tuntutan diajukan terhadap Korps Garda Revolusi Islam Iran, sebuah cabang angkatan bersenjata Iran yang bertugas menjaga pemerintahan negara tersebut.

Seperti diketahui, Iran mendukung pemberontak Houthi dalam perang saudara yang sedang berlangsung di Yaman. Namun transfer senjata ke kelompok tersebut dilarang berdasarkan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2015.

Perang saudara di Yaman dimulai pada 2014 ketika Houthi menguasai ibu kota Sanaa dan menggulingkan pemerintahan negara tersebut.

Pemerintahan yang digulingkan tetap menjadi otoritas Yaman yang diakui secara internasional dan didukung oleh koalisi negara-negara di kawasan yang dipimpin Saudi serta AS dan Inggris.

Sejak paruh kedua tahun lalu, Iran juga berulang kali dituduh memasok senjata ke Rusia, terutama drone, untuk digunakan dalam perang di Ukraina.

Pada Senin (2/10/2023), dalam sebuah diskusi tentang pasokan amunisi Barat ke Ukraina di Forum Keamanan Warsawa, Laksamana Rob Bauer, Ketua Komite Militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), mengatakan bahwa "dasarnya sekarang sudah terlihat".

Dia mengatakan kurangnya investasi selama beberapa dekade berarti bahwa, bahkan pada awal perang, persediaan amunisi negara-negara NATO sudah setengah penuh atau bahkan lebih kosong.

“Perekonomian yang tepat pada waktunya dan cukup yang kita bangun bersama dalam 30 tahun dalam perekonomian liberal kita baik-baik saja dalam banyak hal – namun tidak untuk angkatan bersenjata ketika perang sedang berlangsung,” katanya.

Dia menambahkan bahwa pemerintah dan produsen senjata perlu “meningkatkan produksi dalam tempo yang jauh lebih tinggi”.

Menteri Pertahanan Inggris James Heappey mendesak sekutu NATO untuk membelanjakan 2% dari pendapatan nasional mereka untuk pertahanan. Ini adalah target yang disetujui oleh seluruh blok namun diperkirakan akan dipenuhi tahun ini hanya oleh 11 dari 31 anggotanya.

Pemindahan amunisi Iran juga terjadi ketika pemerintahan Biden mencari cara alternatif untuk memberikan bantuan kepada Ukraina di tengah tentangan dari beberapa anggota Kongres.

Para pejabat telah memperingatkan selama berminggu-minggu bahwa dana yang saat ini dialokasikan ke Ukraina hampir habis, namun tekanan dari anggota sayap kanan Partai Republik sejauh ini menghalangi Dewan Perwakilan Rakyat untuk menyetujui dana tambahan.

Pada Selasa (3/10/2023), beberapa anggota yang sama memenangkan pemungutan suara untuk menggeser Ketua DPR Kevin McCarthy, sebuah langkah yang akan menunda pemungutan suara mengenai bantuan lebih lanjut hingga penggantinya ditetapkan, yang tidak akan terjadi hingga setidaknya pertengahan minggu depan.

Meski begitu, setiap Ketua DPR di masa depan yang memberikan suara mengenai masalah ini hampir pasti akan menghadapi tentangan serupa.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya