NEW YORK - Rusia pada Senin, (23/10/2023) menyatakan bahwa tidak ada pembenaran atas apa yang dilakukan Hamas di Israel pada 7 Oktober. Namun, Rusia menegaskan bahwa tidak pantas untuk menyebut serangan Hamas itu ‘tidak beralasan’.
“Kami tanpa syarat mengutuk apa yang dilakukan terhadap Israel pada 7 Oktober,” kata Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky pada konferensi video, menurut TASS. “Tidak ada pembenaran untuk itu.”
Namun, tambahnya, setiap kecaman Dewan Keamanan PBB terhadap Hamas perlu diimbangi dengan “kecaman yang sama atas pemboman tanpa pandang bulu terhadap lingkungan pemukiman di Gaza dan kematian warga sipil” sehingga “isyaratnya tidak hanya sepihak dan tidak seimbang.”
“Kita tidak bisa menutup mata terhadap apa yang terjadi di sana, kita harus jujur,” kata Polyansky sebagaimana dilansir RT. “Jika tidak, DK PBB tidak dapat mengambil peran apa pun dalam penyelesaian di masa depan.”
Dalam kata-katanya, “ledakan” kekerasan baru-baru ini di Timur Tengah disebabkan oleh “pelanggaran hukum selama bertahun-tahun dan berlanjutnya tindakan ilegal Israel terhadap Palestina.”
“Mengatakan bahwa hal itu tidak beralasan sama sekali tidak dapat dibenarkan, dan kami tidak siap untuk mendukung logika ini, seperti banyak mitra kami di arena internasional,” kata sang diplomat.
Hamas mengirim militan ke desa-desa, kota-kota dan pangkalan militer Israel di dekat Gaza pada 7 Oktober, menewaskan setidaknya 1.400 orang dan menyandera 200 orang, menurut pihak berwenang Israel. Yerusalem Barat menanggapinya dengan menyatakan perang terhadap kelompok Palestina dan menerapkan “blokade total” terhadap Gaza.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengecam serangan Hamas sebagai tindakan kejam yang “belum pernah terjadi sebelumnya”, namun berpendapat bahwa Israel tidak boleh bereaksi dengan brutal dan memikirkan sekira dua juta warga sipil di wilayah tersebut. Israel mempunyai hak untuk membela diri, namun perdamaian hanya bisa terwujud dengan berdirinya negara Palestina yang merdeka, tambahnya.
Presiden Rusia juga menyalahkan pendekatan “sepihak” yang dilakukan Amerika Serikat (AS) karena berkontribusi terhadap konflik saat ini dengan menggagalkan proses perdamaian yang berpusat pada PBB.
(Rahman Asmardika)