Antisemitisme adalah dasar dari Holocaust. Ini merujuk pada kebencian atau prasangka terhadap orang Yahudi dan merupakan elemen sentral dalam ideologi Nazi. Selain itu, prasangka ini menyebar luas di seluruh Eropa.
Secara tidak akurat, Nazi menyalahkan orang Yahudi sebagai akar masalah dalam berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan budaya di Jerman.
Mereka secara khusus menuduh orang Yahudi sebagai penyebab kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I (1914–1918). Beberapa orang Jerman menerima tudingan ini.
Kekecewaan atas kekalahan perang, bersama dengan krisis ekonomi dan politik pasca perang, berperan dalam meningkatnya tingkat antisemitisme dalam masyarakat Jerman.
Ketidakstabilan yang terjadi di bawah pemerintahan Republik Weimar (1918–1933), kekhawatiran terhadap ancaman komunisme, dan dampak ekonomi dari Depresi Besar membuka pintu bagi penyebaran ideologi Nazi, termasuk pandangan antisemitisme.
Walau begitu, antisemitisme bukanlah ciptaan Nazi semata. Antisemitisme merupakan prasangka kuno yang telah ada dalam berbagai bentuk sepanjang sejarah.
Di Eropa, akarnya dapat ditelusuri hingga zaman kuno. Pada Abad Pertengahan (500-1400), prasangka terhadap orang Yahudi terutama bersumber dari keyakinan dan pemikiran awal Kristen, terutama mitos bahwa orang Yahudi bertanggung jawab atas kematian Yesus.
Kecurigaan dan diskriminasi yang berakar pada prasangka agama berlanjut di Eropa pada zaman modern awal (1400–1800). Pada periode tersebut, pemimpin di banyak wilayah Eropa Kristen mengisolasi orang Yahudi dari berbagai aspek kehidupan ekonomi, sosial, dan politik.
Pengucilan ini turut menciptakan stereotip bahwa orang Yahudi adalah kelompok yang terasing. Meskipun Eropa semakin sekuler, sebagian besar pembatasan hukum terhadap orang Yahudi dicabut.