Operasi ini melibatkan sekira setengah batalion tentara dari tentara reguler Israel, dengan perkiraan sekitar 130 Pasukan Pertahanan Israel (IDF), sepertiganya berasal dari Unit 101, yang dipimpin oleh Ariel Sharon, yang pada saat itu adalah seorang Mayor di IDF dan komandan Unit 101.
Serangan dimulai dengan serangan mortir ke desa, diikuti dengan penggunaan torpedo Bangalore untuk menerobos pagar kawat berduri dan pemasangan ranjau di jalan untuk mencegah intervensi pasukan Yordania.
Pasukan Israel memasuki desa dari tiga sisi, menghadapi perlawanan dari tentara dan penjaga desa.
Dalam baku tembak berikutnya, sejumlah tentara dan penjaga desa tewas, dan seorang tentara Israel terluka ringan.
Sayangnya, para prajurit tidak memeriksa secara menyeluruh rumah-rumah di desa untuk mengetahui keberadaan penduduknya.
Saat insinyur militer meledakkan puluhan bangunan dengan dinamit, puluhan warga sipil tewas. Operasi dianggap selesai saat fajar, dan tentara Israel kembali ke rumah.
Pembantaian Sabra dan Shatila
Pembantaian Sabra dan Shatila adalah peristiwa pembunuhan massal yang terjadi antara 16 dan 18 September 1982 di kota Beirut selama Perang Saudara Lebanon.
Sejumlah besar warga sipil, sebagian besar warga Palestina dan Syiah Lebanon, diperkirakan tewas, dengan perkiraan jumlah korban berkisar antara 460 hingga 3.500 orang.
Pasukan Lebanon, termasuk Milisi Kristen, bersekutu dengan IDF, yang mengepung lingkungan Sabra di Beirut dan kamp pengungsi Shatila.
Invasi Israel ke Lebanon pada Juni 1982 bertujuan untuk mengatasi pemberontakan Palestina yang telah berlangsung di sana.