Sementara itu masing-masing tim pemenangan capres dan cawapres serta anggota legislatif akan menempuh berbagai upaya untuk mendulang suara. Apabila upaya yang dilakukan tidak tepat, misalnya dengan mengangkat isu perbedaan-perbedaan suku, ras, agama maupun perbedaan lainnya, maka kerentanan sosial akan semakin meningkat.
Selain itu, saat proses pencoblosan dan penghitungan suara merupakan titik rentan yang perlu diantisipasi. Balajar dari peristiwa yang terjadi pada 2019, bahwa keikhlasan menerima keputusan dari pendukung yang menelan kekalahan pada momen pemilu sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya konflik.
Mengantisipasi terjadinya perselisihan maupun konflik karena kerentanan sosial yang timbul, perlu meningkatkan kemampuan resiliensi baik individu maupun masyarakat. Tingkat resiliensi tinggi baik individu maupuan masyarakat akan memunculkan kohesivitas sosial (Rita, 2020). Kohesivitas (cohesiveness) adalah kondisi saling lekatnya antar individu dalam kelompok untuk mencapai satu tujuan tertentu dengan motivasi kebersaman. Tinggi rendahnya kohesivitas sosial ditentukan oleh pola hubungan atau relasi sosial individu di dalam kelompok maupun dengan individu lain di luar kelompok, dan antara individu dengan kelompok lainnya. Kelekatan antar individu dengan individu lain baik di dalam maupun di luar kelompoknya dilatarbelakangi beberapa kesamaan, misalnya kesamaan latar belakang, pola pikir, kegemaran, nasib, tujuan dan juga pengalaman.
Membangun resiliensi sosial individu dan masyarakat dapat dilakukan setidaknya dengan 4 upaya antara lain: Pertama, internasilisasi nilai-nilai kebangsaaan. Bangsa Indonesia memiliki berbagai sumber tata aturan nilai sebagai dasar dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberadaan Pancasila sebagai tata nilai komprehensif yang bersumber dari nilai agama, sosial dan budaya, berperan strategis dalam pembentukan resiliensi sosial individu maupun masyarakat. Individu dan masyarakat Indonesia harus memahami bahwa keragaman yang ada di Indonesia dalam berbagai hal menjadi bekal untuk saling melengkapi. Rasa saling menghormati dengan perbedaan yang ada mutlak diperlukan. Keragaman selera memiliki pemimpin dan wakil rakyat harus didasari kesadaran penuh bahwa agenda memilih kepemimpinan nasional adalah memperjuangkan kesejahteraan seluruh elemen bangsa.