Kedua, meningkatkan kepedulian sosial/social concern. Kepedulian sosial merupakan lawan dari egoisme yang menjadi salah satu penyakit sosial saat ini. Egoisme atau cenderung berpihak pada kepentingan pribadi dengan berbagai cara yang dilakukan. Pemikiran harus menang dengan berbagai cara yang dilakukan tanpa mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa serta kepentingan nasional harus dikikis.
Ketiga, meningkatkan relasi/jaringan sosial. Relasi atau jaringan sosial akan terbentuk ketika ada komunikasi efentif antar elemen masyarakat. Konvergensi komunikasi berbagai stakeholders, akan bermuara pada adanya kesamaan pemahaman akan suatu hal (mutual unserstanding). Pemahaman yang sama akan menjadi acuan dalam menentukan siapa berbuat apa.
Pertanyaan yang muncul kemudian, lalu siapa yang akan menjadi agen untuk resiliensi sosial menjelang pemilu ini? Atas pertanyaan tersebut, maka model kerjasama pentahelix (Riyanto, 2018) menurut saya merupakan model yang tepat. Ketiga upaya untuk meningkatkan resiliensi sosial tersebut merupakan tanggungjawab bersama antara lima (penta) komponen yaitu akademisi, pemerintah, sektor swasta/bisnis, masyarakat sipil (civil society), dan media massa.
Akademisi, dalam hal ini bertindak sebagai pencetus ide atau gagasan bagaimana resiliensi sosial dikembangkan secara luas dengan formulasi-formulasi baru. Selain itu akademisi memiliki peran penting dalam peningkatan kapasitas aktor-aktor di dalam menumbuhkan dan meningkatkan kelekatan-kelekatan sosial. Pemerintah, dalam hal ini memiliki peran sebagai regulator sekaligus mengontrol berbagai bentuk kerentanan sosial dan resiliensi sosial yang hendak dikembangkan.
Masyarakat, dalam hal ini masyarakat berperan penting dalam mempercepat/akselerasi tumbuh dan berkembangkan resiliensi individu dan sosial. Masyarakat majemuk memiliki tantangan yang lebih berat dibandingkan dengan masyarakat homogen dalam mewujudkan resiliensi sosial. Sektor swasta, berperan dalam menggerakkan tumbuh dan berkembangnya resiliensi sosial. Swasta dengan proses bisnis yang dijalankan memiliki kepentingan tinggi terhadap resiliensi sosial individu dan masyarakat. Keberlangsungan bisnis akan terganggu apabila dering terjadi konflik Selanjutnya ialah media massa.
Media massa memiliki peran strategis dalam medeliver ide, gagasan, upaya maupun formukasi baru dalam memciptakan resiliensi sosial individu mapun masyarakat melalui pemberitaan-pemberitaan yang menumbuhkan sentiment posisif .
Pemilu merupakan momentum untuk menumbuhkan kerjasama saling membantu untuk masyarakat Indonesia yang lebih sejahtera. Adu gagasan dan program menjadi centre point dalam penentuan Indonesia kedepan. Menumbuhkan kenyamanan, kelekatan antar individu dan masyarakat, serta ketertarikan pada situasi mejelang pemilihan umum penting dilakukan. Perkembangan Artificial Intelligent yang sangat marak di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk mengatasi segenap kerawanan sosial yang muncul. Tidak mudah memang menumbuhkan dan mengembangkan resiliensi sosial, namun hal tersebut sangat mungkin untuk dilakukan demi Indonesia yang lebih sejahtera. Semoga Pemilu 2024 melahirkan pemimpin berkualitas yang mampu mewujudkan masyarakat Indonesia adil, makmur yang diridhio Allah SWT.
Penulis : Henny Sulistyorini, Kandidat Doktor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaaan IPB University
(Awaludin)