Mereka kemudian pergi ke kamp Nuseirat untuk tinggal di sekolah yang berafiliasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun bahkan di lokasi barunya, mereka kembali diserang, dengan konsekuensi yang sangat buruk bagi Ahmed.
“Saya berlari keluar dari pintu sekolah dan melihat Ahmed di depan saya tergeletak di tanah, kedua kakinya hilang. Dia merangkak ke arah saya, membuka tangannya, mencari bantuan,” terang seorang anggota keluarga, yang bersama Ahmed pada saat ledakan terjadi.
Ibrahim, yang masih mengungsi bersama keluarganya serta anak-anak saudara perempuannya, mengatakan dia bermimpi bisa mengirim Ahmed untuk berobat ke luar Gaza.
“Dia ingin menjadi banyak hal,” kata pamannya sedih.
“Saat kami pergi bersama untuk menghadiri pertandingan sepak bola, dia berkata dia ingin menjadi pemain sepak bola terkenal,” lanjutnya.
Seperti Ahmed, Muna Alwan juga merupakan anak yatim piatu perang dan digambarkan sebagai WCNSF ketika tiba di RS Indonesia.
Anak berusia dua tahun itu terus-menerus menangis "Mama", tapi ibunya sudah meninggal.
Muna berhasil dikeluarkan dari reruntuhan setelah serangan udara menghantam rumah tetangganya di wilayah Jabal al-Rais, Gaza utara. Orang tua Muna, kakak dan kakeknya tewas. Mata Muna terluka parah dan rahangnya patah.
Muna dipindahkan ke rumah sakit lain dan dilacak oleh bibinya Hanaa.
“Kami mengetahui melalui internet bahwa Muna berada di Rumah Sakit Nasser. Kami datang dan kami mengenalinya,” jelas Hanaa. Namun dia mengatakan keponakannya sangat menderita.
“Dia hanya ingin berteriak, selalu takut, apalagi jika ada yang mendekatinya,” lanjutnya.
Muna memang mempunyai kakak perempuan yang masih hidup namun berada di Kota Gaza.
“Mereka terjebak dan tidak ada cara untuk membawa mereka ke selatan,” ujar Hanaa.
“Saya terus-menerus bertanya pada diri sendiri, apa yang akan kami lakukan? Bagaimana kami memberikan kompensasi kepada ibunya?,” lanjutnya.
Sementara itu, di tempat tidur logam di sudut sebuah ruangan di Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, Gaza selatan, Dunya Abu Mehsen yang berusia 11 tahun melihat sisa-sisa kaki kanannya yang dibalut perban putih.