Dalam sebuah pernyataan kepada CNN, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebut laporan tersebut “cacat, bias dan prematur, berdasarkan asumsi tidak berdasar mengenai operasi IDF.”
“Asumsi bahwa intelijen mengenai penggunaan struktur tertentu oleh militer tidak akan ada kecuali terungkap adalah hal yang bertentangan dengan pemahaman apa pun tentang aktivitas militer, dan laporan tersebut menggunakan asumsi yang salah ini untuk menyiratkan kesimpulan yang sama cacat dan biasnya mengenai IDF, sejalan dengan bias yang ada. dan pekerjaan bermasalah sebelumnya yang dilakukan organisasi ini,” kata IDF.
Pernyataan itu mengatakan bahwa militer menyesalkan segala kerugian yang ditimbulkan terhadap warga sipil atau properti sipil sebagai akibat dari operasinya, dan mengkaji seluruh operasinya untuk belajar dan meningkatkannya.
Amnesty International, dalam laporannya, mengatakan bahwa penggunaan senjata Amerika untuk serangan semacam itu harus menjadi peringatan mendesak bagi pemerintahan Biden.
“Senjata buatan AS memfasilitasi pembunuhan massal terhadap keluarga besar,” kata Agnès Callamard, Sekretaris Jenderal Amnesty International.
Sementara itu, juru bicara Amnesty International, Matt Miller, pada Rabu (6/12/2023) mengatakan Departemen Luar Negeri AS sedang meninjau laporan Amnesty International.
“Kami telah menjelaskan dalam diskusi kami dengan para pemimpin Israel bahwa kami sangat prihatin terhadap perlindungan warga sipil dalam konflik ini,” terangnya.
“Kami berharap Israel hanya menargetkan sasaran yang sah dan mematuhi hukum konflik bersenjata,” lanjutnya.
Pentagon pada Selasa (5/12/2023) mengatakan pihaknya juga sedang meninjau laporan tersebut.
“Kami akan terus berkonsultasi erat dengan mitra Israel kami mengenai pentingnya mempertimbangkan keselamatan warga sipil dalam melakukan operasi mereka,” kata juru bicara Brigadir Jenderal Patrick Ryder kepada wartawan.
(Susi Susanti)