Juru bicara Kibbutz Nir Oz, tempat orang-orang tersebut diculik, mendesak Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin, yang saat ini mengunjungi Israel, untuk menjamin pembebasan mereka.
“Kami menghargai tanda-tanda kehidupan dari para sandera, namun waktu hampir habis,” kata juru bicara tersebut.
“Pembebasan segera semua orang yang diculik, melalui jalur negosiasi apa pun, sangat diperlukan,” lanjutnya.
"Setiap hari memperburuk situasi mereka. Peristiwa baru-baru ini secara menyedihkan menggambarkan bahwa situasi para sandera semakin memburuk dari hari ke hari, terutama bagi orang-orang lanjut usia,” ujarnya.
Diperkirakan 240 sandera dibawa ke Gaza selama serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel selatan.
Israel telah melancarkan operasi pembalasan besar-besaran yang dikatakan bertujuan untuk menghancurkan Hamas. Lebih dari 18.000 orang telah terbunuh di Gaza sejak itu, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas, dan ratusan ribu orang mengungsi.
Selama gencatan senjata enam hari pada akhir November, 105 sandera dibebaskan dengan imbalan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Keluarga para sandera yang tersisa telah mendesak pemerintah Israel untuk mencapai gencatan senjata baru agar setidaknya beberapa sandera dapat dibebaskan.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menolak seruan tersebut, dan bersikeras bahwa tekanan militer diperlukan untuk kembalinya para sandera dan untuk meraih kemenangan.
Berbicara kepada wartawan pada Senin (18/12/2023), juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby membahas rumor kemungkinan kesepakatan penyanderaan baru, dan mengatakan bahwa perundingan belum mencapai titik di mana kesepakatan dapat dicapai dalam waktu dekat.
(Susi Susanti)