GAZA – Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan 20.000 orang telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober lalu.
Dr Dani Poole, seorang ilmuwan kesehatan populasi di Universitas Yale, Amerika Serikat (AS) mengatakan salah satu cara untuk mempertimbangkan apakah angka-angka tersebut kuat adalah dengan melihat tren historis.
Berbicara di program PM BBC Radio 4, dia mengatakan angka-angka dari Kementerian Kesehatan Palestina secara historis “selaras dengan perkiraan independen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan bahkan angka-angka dari Kementerian Luar Negeri Israel”.
Cara lain untuk melihat data tersebut adalah dengan membandingkannya dengan sumber data lain. Dia memberikan contoh jumlah staf badan pengungsi Palestina PBB, Unrwa, yang terbunuh.
Poole mengatakan angka kematian staf Unrwa serupa dengan angka yang dikemukakan oleh Kementerian Kesehatan di Gaza secara keseluruhan.
Dia juga mencatat bahwa orang-orang hanya dihitung ketika mereka dibawa ke fasilitas medis atau kamar mayat, yang sering kali orang-orang tidak berada di zona perang aktif.
Dia menambahkan bahwa beberapa dari bangunan tersebut telah rusak atau hancur, sehingga menimbulkan masalah lebih lanjut dalam pencatatan jumlahnya.
“Masalah-masalah ini menunjukkan kemungkinan pelaporan yang kurang,” terangnya.
Seperti diketahui, menurut laporan pejabat Palestina pada Rabu, (20/12/2023), korban tewas di Jalur Gaza akibat lebih dari 10 minggu serangan membabi buta Israel telah menembus 20.000 orang, Kantor Media Pemerintah Gaza mengatakan setidaknya 8.000 anak-anak dan 6.200 wanita termasuk di antara mereka yang tewas.
Angka yang mengerikan ini diumumkan ketika Dewan Keamanan PBB menunda pemungutan suara penting mengenai upaya untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Ini merupakan penundaan ketiga, untuk menghindari veto dari Amerika Serikat (AS), yang biasanya melindungi sekutunya Israel dari tindakan PBB.
Sejak gencatan senjata tujuh hari berakhir pada 1 Desember, perang telah memasuki fase yang lebih intensif dengan pertempuran darat yang sebelumnya terbatas pada bagian utara Jalur Gaza kini tersebar di seluruh wilayah tersebut.
(Susi Susanti)