KUALA LUMPUR – Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim memicu kontroversi setelah menggunakan kata yang dianggap berkonotasi rasis dalam pidatonya di depan para mahasiswa universitas.
Dalam pidatonya pada Kamis, (21/12/2023) pekan lalu yang mendukung manfaat belajar bahasa, Anwar memuji laksamana poliglot terkenal abad ke-15 Hang Tuah, karena berbicara bahasa Melayu dan “Siam”, serta “bahasa Keling”, merujuk pada wilayah Kalinga yang bersejarah di India bagian timur.
Meskipun keling dulunya merupakan istilah yang netral, kini istilah tersebut dipahami secara luas sebagai istilah yang menggambarkan komunitas India di Malaysia dengan kata-kata yang merendahkan. Komentar Anwar ini langsung memicu badai kemarahan terutama dari para komentator dan politisi keturunan India.
Anwar kemudian meminta maaf dan mengatakan bahwa dia secara langsung mengutip teks sejarah dan tidak bermaksud menghina.
“Saat ini istilah keling kurang disukai banyak orang, jadi saya tidak menggunakannya. Saya hanya mengutip buku itu,” kata Anwar kepada wartawan di kediaman resminya di Putrajaya pada Sabtu, (23/12/2023) menanggapi reaksi dan kemarahan publik, sebagaimana dilansir South China Morning Post.
“Jika ada kesalahpahaman, saya minta maaf. Bukan itu maksud saya."
Meskipun beberapa pemimpin terkemuka India menerima permintaan maaf Anwar, yang lain termasuk mantan Wakil Ketua Menteri Penang P. Ramasamy menolak penjelasan perdana menteri tersebut.