Kaleidoskop 2023: Perang Hamas-Israel yang Brutal, Mengerikan Bagi Kemanusiaan

Susi Susanti, Jurnalis
Minggu 31 Desember 2023 19:03 WIB
Perang Hamas-Israel yang brutal, mengerikan bagi kemanusiaan (Foto: MENA)
Share :

GAZA Perang Israel dengan Hamas di Gaza masih terus berkorbar dan kian memanas. Perang ini telah merenggut nyawa mencapai 21.300 korban jiwa. Kebanyakan korban adalah anak-anak dan wanita.

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan Herzi Halevi, Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menegaskan perang di Gaza akan terus berlanjut selama berbulan-bulan ke depan.

Israel telah berjanji untuk melanjutkan perangnya, yang mencakup pemboman udara intensif dan invasi darat berkelanjutan sampai Hamas dibasmi.

Di sisi lain, proses gencatan senjata lanjutan masih alot di meja diskusi. Israel ingin banyak sandera dilepaskan saat gencatan senjata. Sedangkan Hamas bersikukuh tak ada pembebasan sandera sampai Israel menghentikan perang.

Israel pun masih melancarkan serangan ke berbagai penjuru Gaza. Termasuk di Gaza tengah dan utara. Banyak kamp-kamp pengungsi yang hancur akibat serangan Israel.

Yang terbaru yakni saat perayaan malam Natal lalu. Serangan udara Israel menewaskan setidaknya 78 warga Palestina pada malam Natal, Minggu, (24/12/2023). Ini menjadi salah satu serangan yang paling mematikan selama 11 minggu agresi zionis di Gaza.

Serangan ini dimulai sebelum tengah malam berlanjut hingga Hari Natal, Senin, (25/12/2023), sementara Israel meningkatkan serangan udara dan darat terhadap Al-Bureij di Gaza tengah.

Seperti diketahui, perang Israel dengan Hamas meletus pada 7 Oktober 2023. Kala itu, sekitar 5.000 roket ditembakkan ke Israel dari Jalur Gaza ketika para pejuang dari daerah kantong Palestina yang diblokade menyusup ke Israel.

Hamas mengumumkan bahwa mereka berada di balik serangan udara tersebut. Hamas menyerukan pejuang perlawanan di Tepi Barat serta negara-negara Arab dan Islam untuk bergabung dalam pertempuran tersebut, dalam sebuah pernyataan yang diposting di Telegram.

Serangan ini meletus setelah Israel memberlakukan blokade yang melumpuhkan di Gaza sejak 2007 setelah Hamas mengambil alih kekuasaan.

Netanyahu langsung mendeklarasikan perang melawan Hamas. Israel pun berjanji akan melenyapkan semua anggota Hamas di mana pun berada. Serangan itu pun menuai banyak kritikan dari dunia internasional.

Tak berselang lama, Israel melakukan serangan balasan dengan membombardir Gaza. Israel melakukan setidaknya dua serangan udara di Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023), setelah rentetan roket ditembakkan dari wilayah Palestina ke Israel.

Sebagian besar negara Barat mendukung balasan serangan Israel dengan alasan Israel memiliki hak untuk membela diri dari serangan Hamas. Amerika Serikat (AS), Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya mendukung serangan balasan Israel.

Serangan Israel yang membabi buta ini menyerang hampir semua fasilitas umum. Seperti pemukiman, rumah sakit (RS), sekolah, hingga tempat pengungsian.

RS Indonesia di Gaza juga menjadi salah satu tempat yang terkan serangan Israel. Israel berdalih serangan itu untuk mencari sarang Hamas yang mereka sebut sebagai teroris.

Israel juga mengklaim jika banyak petinggi Hamas bersembunyi di dalam terowongan bawah tanah yang berada di bawah RS di Gaza.

Seiring waktu berjalan, pertempuran semakin memanas dan menuai banyak kritikan dari dunia internasional. Termasuk dari Perserikatan Bangsa-Bangsa beserta seluruh badan yang dinaungi di bawahnya seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), badan pengungsi UNHCR, UNRWA, Unicef dan lainnya. PBB juga menegaskan bahwa tidak ada tempat yang aman di Gaza.

Tak ketinggalan, Paus Fransiskus juga ikut mengecam serangan Israel. Beberapa negara bahkan menilai jika serangan balasan yang dilancarkan Israel sudah melampaui batas.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa operasi militer Israel di Gaza sudah melampaui pembelaan diri dan berubah menjadi kekejaman serta pembantaian yang barbar.

Dia juga menegaskan jika Hamas bukanlah organisasi teroris tetapi sebuah kelompok pembebasan dan pejuang yang berjuang untuk melindungi tanah dan warganya.

Kritikan tajam juga disampaikan China. Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi pada Minggu (15/10/2023). Dia menegaskan Israel telah melampaui batas pembelaan diri dan pemerintah Israel harus menghentikan hukuman kolektif terhadap rakyat Gaza.

Pernyataan Wang ini disampaikan melalui telepon kepada Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan pada Sabtu, (14/10/2023).

Presiden Iran Ebrahim Raisi bahkan menuduh Rusia melakukan genosida di Gaza. Hal ini disampaikan Raisi saat bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin dalam kunjungannya ke Moskow, Kamis, (7/12/2023).

Namun Israel seolah tak bergeming. IDF malah bersiap untuk serangan darat besar-besaran ke Gaza dan sekitarnya.

Hal ini membuat Paus Fransiskus ikut angkat bicara. Paus mengutuk serangan itu dan mendesak Israel menghentikan perang di Gaza.

Dengan banyaknya tekanan yang terjadi, Israel dan Hamas pun sepakat melakukan gencatan senjata. Gencatan senjata yang awalnya dilakukan selama empat hari ini kemudian diperpanjang hingga enam hari. Yakni dari Jumat (24/11/2023) hingga Kamis (20/11/2023).

Gencatan senjata ini juga diwarnai dengan pembebasan sandera dari Gaza dan juga tahanan warga Palestina yang dipenjara di Israel.

Hingga saat ini perang masih berkorbar dan terus memanas. Israel berjanji tidak akan berhenti perang jika belum mencaai tujuan yakni melenyapkan Hamas. Termasuk mengamankan Gaza dari semua pihak yang dianggap bisa mengancam Israel.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya