Bekingi Israel, AS Tak Melihat Ada Genosida di Gaza

Susi Susanti, Jurnalis
Jum'at 12 Januari 2024 11:56 WIB
Pengunjuk rasa berdemonstrasi di luar Pengadilan Internasional serukan gencatan senjata di Gaza (Foto: Saudi Gazette)
Share :

Pita polisi merah putih telah dipasang di luar ICJ sebagai upaya untuk menertibkan suasana kacau di luar.

Hal ini berbeda dengan formalitas di dalam pengadilan, dimana delegasi Israel mendengarkan pengacara Afrika Selatan yang menuduh pasukan negara tersebut melakukan genosida di Gaza.

Delegasi Israel diperkirakan akan menyoroti hak mereka untuk membela diri berdasarkan hukum internasional. Pada minggu ini, Netanyahu mengatakan Israel tidak berniat menggusur penduduk Gaza secara permanen, atau menduduki wilayah tersebut.

Berbeda dengan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), ICJ tidak dapat mengadili individu atas kejahatan seperti genosida, namun pendapatnya berpengaruh pada PBB dan lembaga internasional lainnya.

Pada Rabu (10/1/2024) Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan penentangan mereka terhadap pembantaian rakyat Gaza yang sedang berlangsung telah mendorong mereka sebagai negara untuk mendekati ICJ.

Presiden Israel Isaac Herzog menyebut tuduhan tersebut “keji dan tidak masuk akal”.

“Kami akan berada di Mahkamah Internasional dan dengan bangga kami akan menyampaikan kasus kami mengenai penggunaan pertahanan diri di bawah hukum humaniter,” katanya.

Dia menambahkan bahwa tentara Israel melakukan yang terbaik dalam keadaan yang sangat rumit di lapangan untuk memastikan bahwa tidak akan ada konsekuensi yang tidak diinginkan dan tidak ada korban sipil.

ICJ bisa saja mengambil keputusan cepat atas permintaan Afrika Selatan agar Israel menghentikan kampanye militernya, namun keputusan akhir mengenai apakah Israel melakukan genosida bisa memakan waktu bertahun-tahun.

Afrika Selatan sangat kritis terhadap operasi militer Israel di Gaza, dan Kongres Nasional Afrika yang berkuasa memiliki sejarah panjang solidaritas terhadap perjuangan Palestina.

Hal ini sejalan dengan perjuangan mereka melawan apartheid – sebuah kebijakan segregasi dan diskriminasi rasial yang diterapkan oleh pemerintah minoritas kulit putih di Afrika Selatan terhadap mayoritas kulit hitam di negara tersebut, hingga pemilu demokratis pertama pada tahun 1994.

Di Gaza, lebih dari 23.350 orang – sebagian besar perempuan dan anak-anak – telah terbunuh, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas, sejak perang dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan. Dalam serangan tersebut sekitar 1.300 orang tewas – sebagian besar warga sipil – dan sekitar 240 lainnya disandera.

(Susi Susanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya