Keluarga Jurnalis Gaza Tolak Tuduhan Teroris yang Disematkan Israel

Susi Susanti, Jurnalis
Jum'at 12 Januari 2024 19:03 WIB
Keluarga jurnalis Gaza tolak tuduhan teroris yang disematkan Israel (Foto: Washington Post)
Share :

GAZA Keluarga dari dua jurnalis Palestina yang tewas dalam serangan udara Israel di Gaza telah menolak klaim Israel yang menuduh mereka teroris.

Jaringan berita Al Jazeera yang berbasis di Qatar, tempat salah satu jurnalis bekerja, juga mengecam apa yang disebutnya sebagai upaya palsu dan menyesatkan untuk membenarkan pembunuhan rekan-rekan mereka.

Hamza al-Dahdouh, seorang jurnalis dan juru kamera Al Jazeera, dan Mustafa Thuraya, seorang videografer lepas, meninggal setelah mobil mereka ditabrak di kota selatan Rafah pada Minggu (7/1/2024). Jurnalis ketiga dilaporkan terluka parah.

Al Jazeera mengatakan pada saat itu bahwa mereka mengutuk keras “pembunuhan” para jurnalis saat mereka sedang dalam perjalanan untuk menjalankan tugas mereka selama perang antara Israel dan Hamas.

Mereka juga menuduh Israel secara sistematis menargetkan keluarga Dahdouh. Ayahnya, Wael, adalah kepala biro jaringan tersebut di Gaza dan dia kini kehilangan lima anggota keluarga dekatnya akibat serangan Israel.

Dalam pernyataan awal mengenai serangan pada Minggu (7/1/2024), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pihaknya mengidentifikasi dan menyerang seorang teroris yang mengoperasikan pesawat yang menjadi ancaman bagi pasukan IDF.

“Kami mengetahui laporan bahwa selama serangan itu, dua tersangka lainnya yang berada di kendaraan yang sama dengan teroris juga ikut terkena serangan,” tambahnya.

Namun, ketika kepala juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari ditanya oleh jaringan AS NBC pada Senin (8/1/2024) apakah jaringan tersebut mempunyai bukti yang mendukung klaim tersebut, dia tampaknya membantah pernyataan tersebut.

“Setiap jurnalis yang meninggal sungguh disayangkan,” ujarnya.

"Kami paham mereka memasang drone, menggunakan drone. Dan menggunakan drone di zona perang, itu jadi masalah. Sepertinya teroris," imbuhnya.

"Jadi kami akan menyelidiki kejadian ini dan kami akan memberikan datanya,” lanjutnya.

NBC juga mengutip redaktur pelaksana Al Jazeera Mohamed Moawad yang mengatakan bahwa Mustafa Thuraya adalah seorang operator drone dan dia sedang berkendara kembali ke Rafah bersama Hamza al-Dahdouh setelah syuting setelah serangan udara. Dia menambahkan bahwa mereka tidak menerbangkan drone saat bepergian.

Ketika didekati lagi untuk dimintai tanggapan, IDF mengatakan mereka tidak dapat berkomentar lebih lanjut dan merujuk BBC ke wawancara Laksamana Hagari di NBC.

Pada Rabu (10/1/2024) malam, IDF mengeluarkan pernyataan lain tentang insiden tersebut yang mengatakan bahwa sebuah pesawat Israel menargetkan operator pesawat tak berawak musuh di dekat Rafah dan bahwa media Palestina kemudian mengidentifikasi mereka sebagai jurnalis.

“Namun, intelijen IDF telah mengkonfirmasi bahwa kedua korban tewas adalah anggota organisasi teroris yang berbasis di Gaza yang secara aktif terlibat dalam serangan terhadap pasukan IDF,” terangnya.

Diduga bahwa pasukan di Gaza telah menemukan dokumen yang mengidentifikasi Mustafa Thuraya sebagai anggota Brigade Kota Gaza Hamas, yang menjabat sebagai wakil komandan pasukan di Batalyon Qadisiya.

Pasukan juga menemukan dokumen yang menunjukkan peran Hamza al-Dahdouh dalam unit teknik elektronik Jihad Islam dan peran sebelumnya sebagai wakil komandan dalam Susunan Roket Batalyon Zeitoun.

Jihad Islam Palestina (PIJ) adalah kelompok bersenjata terbesar kedua di Gaza dan, seperti Hamas, kelompok ini dilarang sebagai organisasi teroris oleh Israel, Inggris, dan lainnya.

IDF merilis foto salah satu dokumen dalam bahasa Arab yang mencantumkan nama Hamza al-Dahdouh di antara daftar "petugas dari unit teknik elektronik" PIJ.

Kualitas gambarnya sangat buruk sehingga sulit untuk menilai keasliannya secara mandiri.

Namun, dua pakar regional mengatakan kepada BBC Verify bahwa penggunaan bahasa Inggris dan bahasa Arab dalam dokumen tersebut tidak biasa.

"Saya secara rutin mengunjungi situs Brigade al-Quds. Saya telah membaca biografi martir mereka, buku-buku mereka, dan lain-lain, tapi sata belum pernah melihat kombinasi teks bahasa Inggris dan Arab,” terang Erik Skare, seorang peneliti di Universitas Sciences Po Perancis yang telah menulis buku tentang PIJ.

IDF tidak memberikan bukti foto atau video lain tentang Hamza al-Dahdouh, juga tidak merilis dokumen apa pun yang dikatakan menunjukkan dugaan keterkaitan Mustafa Thuraya dengan Hamas.

BBC meminta IDF untuk memberikan bukti lebih lanjut, namun mereka memberikan alasan.

"Pada titik ini kami tidak perlu menambahkan apa pun,” ujarnya.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya