GAZA – Keluarga dari dua jurnalis Palestina yang tewas dalam serangan udara Israel di Gaza telah menolak klaim Israel yang menuduh mereka teroris.
Jaringan berita Al Jazeera yang berbasis di Qatar, tempat salah satu jurnalis bekerja, juga mengecam apa yang disebutnya sebagai upaya palsu dan menyesatkan untuk membenarkan pembunuhan rekan-rekan mereka.
Hamza al-Dahdouh, seorang jurnalis dan juru kamera Al Jazeera, dan Mustafa Thuraya, seorang videografer lepas, meninggal setelah mobil mereka ditabrak di kota selatan Rafah pada Minggu (7/1/2024). Jurnalis ketiga dilaporkan terluka parah.
Al Jazeera mengatakan pada saat itu bahwa mereka mengutuk keras “pembunuhan” para jurnalis saat mereka sedang dalam perjalanan untuk menjalankan tugas mereka selama perang antara Israel dan Hamas.
Mereka juga menuduh Israel secara sistematis menargetkan keluarga Dahdouh. Ayahnya, Wael, adalah kepala biro jaringan tersebut di Gaza dan dia kini kehilangan lima anggota keluarga dekatnya akibat serangan Israel.
Dalam pernyataan awal mengenai serangan pada Minggu (7/1/2024), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pihaknya mengidentifikasi dan menyerang seorang teroris yang mengoperasikan pesawat yang menjadi ancaman bagi pasukan IDF.
“Kami mengetahui laporan bahwa selama serangan itu, dua tersangka lainnya yang berada di kendaraan yang sama dengan teroris juga ikut terkena serangan,” tambahnya.
Namun, ketika kepala juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari ditanya oleh jaringan AS NBC pada Senin (8/1/2024) apakah jaringan tersebut mempunyai bukti yang mendukung klaim tersebut, dia tampaknya membantah pernyataan tersebut.
“Setiap jurnalis yang meninggal sungguh disayangkan,” ujarnya.