YAMAN - Balas dendam mempunyai banyak bentuk. Kelompok Houthi di Yaman tidak merahasiakan tekad mereka untuk melakukan pembalasan terhadap Barat atas serangan udara pimpinan Amerika Serikat (AS) yang menargetkan lokasi peluncuran rudal dan drone mereka.
Hal ini merupakan respons ke lebih dari 30 serangan Houthi terhadap pelayaran internasional di Laut Merah dan Teluk Aden, yang menurut mereka dilakukan untuk mendukung warga Palestina di Gaza. Kini, taruhannya telah meningkat.
Pemerintahan Yaman yang sah dan diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Aden telah memperingatkan bahwa Houthi, yang menguasai sebagian besar Yaman pada 2014, kini mengancam akan menyabotase kabel komunikasi bawah laut yang penting. Termasuk jalur internet yang berada di bawah Laut Merah yang menghubungkan Asia dengan Eropa.
Peringatan itu muncul setelah saluran yang terkait dengan Houthi di aplikasi pesan Telegram mengunggah peta yang menunjukkan rute kabel bawah laut di Laut Merah.
Mungkinkah Houthi menyabotase rute kabal abwah laut ini? Mereka hampir pasti akan melakukannya jika mereka bisa.
Kelompok tersebut dilaporkan mengklaim bahwa mereka dengan mudah mengakses peta yang menunjukkan pertemuan kabel komunikasi bawah laut yang melewati garis pantai mereka, saat mereka melewati Selat Bab al-Mandab yang, pada titik tersempitnya, hanya selebar 20 mil (32 km).
Namun kabel fiber, yang mengalirkan 17% lalu lintas internet dunia, sebagian besar terletak di dasar laut ratusan meter di bawah permukaan berada jauh di luar jangkauan penyelam.
AS dan Rusia sama-sama dianggap memiliki kemampuan angkatan laut untuk memotongnya. Hal ini melibatkan penempatan kapal selam laut dalam dari kapal induk dan kemudian menggunakan gunting raksasa untuk memutuskan kabel di dasar laut.
Namun, hal ini akan lebih sulit dilakukan oleh Houthi.
“Saya menilai itu hanya gertakan, kecuali jika itu adalah serangan terhadap terminal,” kata mantan komandan kapal selam Angkatan Laut Kerajaan Inggris, Laksamana Muda John Gower, mengenai klaim bahwa kelompok tersebut mengancam akan menyabotase kabel tersebut.
“Ini akan membutuhkan sekutu yang memiliki kemampuan, [seseorang dengan] kapal selam dan kemampuan untuk menemukan lokasi [kabel],” lanjutnya.
Houthi memang punya sekutu, Iran. Dengan bantuan Korps Garda Revolusi Iran dan Hizbullah Lebanon, Houthi telah membangun persenjataan rudal dan drone yang tangguh.
Selama delapan tahun terakhir mereka telah menembakkan senjata ini ke kapal perang Arab Saudi, UEA, Israel, AS dan Inggris. Termasuk kapal mana pun yang mereka curigai memiliki hubungan dengan Israel, AS atau Inggris.
Jadi, bisakah Iran membiarkan Houthi memutus kabel bawah laut?
“Saya belum pernah melihat apa pun di orbat (Order of Battle) Iran yang dapat menyentuh kabel-kabel ini, tentu saja tidak dengan kapal selam mereka,” kata mantan Komandan Angkatan Laut Kerajaan Tom Sharpe.
“Menyelam adalah sebuah pilihan, namun karena lokasinya yang dalam dan sibuk, maka saya pikir hal ini akan mendorong pilihan tersebut,” katanya. Sependapat dengan Laksamana Muda Gower, Cdr Sharpe mengatakan jika itu hanya gertakan semata.
Jika Iran membiarkan sekutunya menyabotase kabel internet bawah laut di dunia, hal ini juga merupakan tindakan yang berisiko bagi Teheran.
Baik Iran maupun AS tidak ingin terlibat perang besar-besaran satu sama lain dan mereka telah memperjelas hal tersebut.
Konflik yang terjadi saat ini antara AS dan proksi Iran serta sekutunya di Timur Tengah telah disesuaikan hingga taraf tertentu. AS memberikan peringatan beberapa hari sebelum menyerang pangkalan milisi yang didukung Iran di Irak dan Suriah, sehingga personel penting dapat dievakuasi.
Memotong kabel komunikasi global akan menjadi eskalasi besar yang bahkan dapat mengakibatkan serangan balasan terhadap Iran sendiri.
“Iran akan gugup untuk memperluas kampanye gangguan global mereka [terhadap pelayaran],” kata Edmund Fitton-Brown, yang merupakan duta besar Inggris untuk Yaman pada 2015-2017.
“Iran mungkin akan menggunakan opsi siber lebih cepat daripada melakukan sabotase terhadap infrastruktur,” tambahnya.
Kesimpulannya, ancaman yang baru-baru ini dilontarkan oleh kelompok Houthi di saluran Telegram mereka akan sulit untuk dilaksanakan.
Hal ini akan menjadi tantangan teknis dan risiko politik bagi Iran, yang Barat terlibat dalam semua serangan Houthi di Laut Merah.
Namun Houthi telah mengejutkan musuh mereka sebelumnya dengan menembakkan rudal ke depot minyak Saudi di Jeddah tepat sebelum Grand Prix Formula 1 pada 2022.
Mereka juga selamat dari serangan udara intensif selama hampir delapan tahun oleh koalisi pimpinan Saudi yang gagal membalikkan pengambilalihan ilegal mereka.
Dan saat ini, meskipun serangan udara yang dipimpin AS berulang kali terhadap pangkalan rudal dan drone mereka, mereka tidak menunjukkan tanda-tanda mundur dalam perselisihan mereka dengan Barat.
Kelompok Houthi, yang dibenci dan ditakuti oleh banyak warga Yaman di wilayah di luar kendali mereka, telah menjadi kekuatan yang patut diperhitungkan.
(Susi Susanti)