Joe Biden Telepon Netanyahu, Tegaskan Israel Harus Punya Rencana untuk Keselamatan Warga Sipil di Rafah

Susi Susanti, Jurnalis
Senin 12 Februari 2024 06:27 WIB
Joe Biden telepon Netanyahu, tegaskan Israel harus punya rencana untuk keselamatan warga sipil di Rafah (Foto: Reuters)
Share :

RAFAH Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bahwa operasi militer di Rafah tidak boleh terjadi tanpa langkah-langkah untuk menjamin keselamatan warga sipil.

Gedung Putih menyatakan dalam panggilan telepon dengan Netanyahu, Biden mengatakan Israel memerlukan rencana yang kredibel dan dapat dilaksanakan untuk melindungi lebih dari satu juta orang di kota tersebut.

Dalam seruan mereka pada Minggu (11/2/2024), Gedung Putih mengatakan Biden menegaskan kembali pandangannya bahwa operasi militer di Rafah tidak boleh dilanjutkan tanpa rencana yang kredibel dan dapat dilaksanakan untuk memastikan keselamatan dan dukungan bagi lebih dari satu juta orang yang berlindung di sana.

Ia mengulangi tujuan Israel dan AS yang sama, yaitu melihat Hamas dikalahkan dan memastikan keamanan jangka panjang Israel. Selain itu, Biden juga menyerukan langkah-langkah mendesak dan spesifik untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil yang terjebak di Gaza.

Israel menghadapi peringatan internasional yang semakin meningkat atas rencana serangannya.

Netanyahu bersikeras bahwa hal itu akan terus berjalan dan sebuah rencana sedang dipersiapkan.

Percakapan antara kedua pemimpin tersebut terjadi beberapa hari setelah Biden menyatakan operasi militer Israel di Gaza "berlebihan".

Hal ini juga terjadi setelah sekutu-sekutu Israel, organisasi-organisasi internasional dan negara-negara regional menyatakan keprihatinannya atas dugaan pasukan Israel akan memasuki Rafah yang terletak di perbatasan dengan Mesir dan merupakan satu-satunya pintu masuk bantuan kemanusiaan yang terbuka.

Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan lebih dari separuh penduduk Gaza berlindung di wilayah tersebut. Sedangkan Arab Saudi memperingatkan dampak yang sangat serius jika Rafah diserbu.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan tidak ada tempat yang aman bagi 1,5 juta warga Palestina yang berlindung di kota di ujung selatan Jalur Gaza.

Banyak dari orang-orang yang tinggal di tenda-tenda di kamp-kamp pengungsi, terpaksa meninggalkan rumah mereka di tempat lain di Gaza setidaknya satu kali atas perintah militer Israel.

Sementara itu, penguasa Hamas di Jalur Gaza mengatakan mungkin ada puluhan ribu korban jiwa, dan memperingatkan bahwa operasi apa pun juga akan merusak pembicaraan tentang kemungkinan pembebasan sandera Israel yang ditahan di Jalur Gaza.

Peringatan mengenai peningkatan pertempuran di Rafah muncul setelah Netanyahu memerintahkan militernya bersiap mengevakuasi warga sipil dari kota tersebut menjelang perluasan serangan terhadap Hamas.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya