GAZA – Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi AS ABC News yang disiarkan pada Minggu (11/2/2024), Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kemenangan sudah di depan mata dan militer Israel akan menempatkan sisa batalion Hamas di Rafah.
Dia juga mengatakan Israel akan menyediakan jalan yang aman bagi warga sipil di kota selatan tersebut.
Ketika ditanya ke mana mereka harus pergi, Netanyahu menyatakan ada banyak wilayah yang ‘dibersihkan’ di utara Rafah. Dia juga bersikeras bahwa para pejabat sedang mengerjakan rencana rinci.
“Mereka yang mengatakan bahwa dalam keadaan apa pun kami tidak boleh memasuki Rafah pada dasarnya mengatakan, ‘Kalah perang. Pertahankan Hamas di sana,'” tambahnya.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) telah memperingatkan Israel bahwa invasi ke Rafah sebagai bagian dari serangannya terhadap Gaza akan menjadi sebuah "bencana".
Adsapaun Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sama-sama menyatakan keprihatinan mereka.
Kelompok bantuan mengatakan tidak mungkin mengevakuasi semua orang dari kota tersebut.
Koordinator kemanusiaan PBB Jamie McGoldrick, yang baru saja berkunjung ke Gaza untuk menilai situasi, mengatakan kepada wartawan BBC Barbara Plett Usher bahwa orang-orang di Rafah “tidak punya tempat tujuan” jika pasukan Israel melancarkan serangan.
"Daerah aman yang dinyatakan sudah tidak aman lagi. Dan jika orang-orang ini harus pindah - ke mana mereka bisa pindah? Kami benar-benar takut dengan kondisi mengerikan yang ada di tempat kami berada, dan hal ini akan menjadi lebih buruk lagi," katanya.
Seperti diketahui, Israel melancarkan operasinya di daerah kantong Palestina setelah lebih dari 1.200 orang terbunuh di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober oleh kelompok bersenjata Hamas, yang juga menyandera sekitar 240 orang.
Pada Minggu (11/2/2024), kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan 112 warga Palestina lainnya telah dibunuh oleh militer Israel pada hari sebelumnya, sehingga jumlah korban tewas secara keseluruhan menjadi lebih dari 28.100 orang dan lebih dari 67.500 orang terluka.
Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan kepada Reuters, para perunding yang berupaya mencapai kesepakatan untuk menjamin pembebasan sisa sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza telah mencapai "kemajuan nyata" selama beberapa minggu terakhir.
Pejabat tersebut mengatakan bahwa kesepakatan ini adalah fokus utama dari pembicaraan antara para pemimpin Israel dan AS, namun mereka juga mengatakan kepada kantor berita tersebut bahwa masih ada beberapa kesenjangan signifikan yang harus diselesaikan.
(Susi Susanti)