MESIR - Ribuan warga Palestina digiring ke Rafah oleh pasukan Israel. Sementara itu, ratusan truk yang membawa bantuan kemanusiaan berada di sisi Mesir.
Melansir BBC, sudah sejak lama Mesir menjadi mediator dalam konflik. Tidak hanya pada masalah Israel-Palestina, namun juga antara faksi-faksi utama Palestina itu sendiri.
Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shoukry mengatakan bahwa penyeberangan Rafah di sisi Mesir telah dibuka. Namun ia menyalahkan serangan udara, yang mengakibatkan penyeberangan tidak dapat diakses.
Pihak Kairo telah menerapkan pembatasan ketat terhadap penyeberangan Rafah selama bertahun-tahun, sehingga warga Palestina menuduh Mesir memperkuat blokade Israel terhadap Gaza.
Penerapan tersebut menjadi bukti, bahwa Kairo memiliki kekhawatiran terhadap ancaman serius di Sinai. Para pemimpin Kairo juga khawatir akan krisis pengungsi, ekonomi, dan militansi yang terjadi di Sinai.
Apa saja alasan Mesir khawatir akan pembukaan perbatasan Rafah? Berikut 3 alasan Mesir tidak buka pintu perbatasan Rafah menurut berbagai sumber:
1. Adanya Serangan Udara Israel
Mengutip Foreign Policy, penyeberangan Rafah tidak dapat dioperasikan, karena adanya serangan udara Israel di sisi Gaza.
Pihak Mesir mengatakan, bahwa mereka tidak akan membuka perbatasan, kecuali ada jaminan konvoi bantuan tidak akan dibombardir.
Menurut perspektif Israel, mereka menolak gencatan senjata sementara untuk memberikan bantuan, kecuali jika sandera yang ditahan Hamas dapat dibebaskan.
2. Memungkinkan Masuknya Hamas dan Simpatisannya.
Berdasarkan Washington Institute, Mesir khawatir membuka penyeberangan Rafah, dikarenakan adanya kemungkinan Hamas dan simpatisannya masuk ke wilayahnya.
Diketahui Mesir telah menghadapi teror dari kelompok agama tertentu di Semenanjung Sinai, sejak revolusi yang menggulingkan rezim Mubarak pada 2011.
Dari sini dapat diketahui, bahwa Hamas adalah cabang Ikhwanul Muslimin, yang menjadi sangin politik sisi yang dianggap paling serius.
Para ahli yakin, bahwa Mesir khawatir akan ancaman keamanan yang berasal dari infiltrasi Hamas serta hubungan antara ISIS dan pemberontakan yang dilakukan Mesir lebih dari satu dekade di Sinai Utara.
Menurut laporan Mada Mars, media berita Mesir, lokasi penampungan yang ditentukan akan ditutup, untuk mencegah warga Palestina memasuki kota bertembok Arish.
3. Mesir Takut Eksodus
Mesir tidak membuka penyeberangan tanpa syarat dan jaminan yang jelas, dikarenakan menghindari eksodus massal warga Palestina dari Gaza.
Kepala Kemanusiaan PBB, Martin Griffiths mengatakan bahwa Mesir khawatir akan banyaknya warga Gaza yang masuk, yang nantinya akan menjadi tanggung jawab mereka selama beberapa waktu ke depan.
Tidak hanya itu, Mesir tidak mau berperan dalam upaya permukiman kembali ratusan ribu warga Palestina dari Gaza secara permanen.
(Susi Susanti)