GAZA – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berpacu dengan waktu dalam upayanya untuk mencapai gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas sebelum Ramadhan bulan depan.
Para pejabat senior AS percaya bahwa pembebasan sandera Israel dari Gaza adalah satu-satunya cara yang masuk akal untuk menghentikan konflik mematikan sejak gencatan senjata terakhir selama tujuh hari pada akhir November 2023. Termasuk kemungkinan perang berakhir.
Yang membayangi pembahasan kesepakatan penyanderaan adalah ancaman Israel untuk melancarkan serangan ke Rafah di Gaza selatan, tempat sekitar 1,5 juta warga Gaza yang mengungsi telah melarikan diri. Para pejabat AS telah dengan tegas memperingatkan Israel agar tidak melakukan tindakan lebih jauh ke selatan tanpa menjamin keselamatan warga sipil, sebuah tugas yang tampaknya mustahil.
“Jika ada operasi terhadap Rafah, kita bisa melupakan kesepakatan yang terjadi,” kata seorang diplomat yang akrab dengan negosiasi antara Israel dan Hamas yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS.
Sebuah sumber yang mengetahui upaya yang sedang berlangsung mengatakan kepada CNN, dengan dimulainya bulan suci Ramadhan pada 10 Maret mendatang, negosiasi dua minggu ke depan menjadi sangat penting.
Dorongan militer agresif yang dilakukan Israel selama Ramadhan hanya akan semakin mengobarkan ketegangan di kawasan.
Hal yang kurang jelas bagi beberapa pejabat yang terlibat dalam diskusi tersebut adalah sejauh mana Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu lebih memilih jeda dalam pertempuran tersebut dibandingkan melakukan serangan di Rafah yang akan melanjutkan tujuannya untuk mencoba membubarkan Hamas.
“Sepertinya Netanyahu tidak bersedia melakukan kesepakatan apa pun saat ini,” kata diplomat itu.
Pertaruhan yang ada saat ini sangat besar mengingat keberhasilan kesepakatan dapat mengantarkan pada fase baru dan berpotensi final dari perang yang kini telah memasuki bulan kelima. Jeda dan penyanderaan perundingan, menurut sumber, berjalan sulit meskipun ada kemajuan yang dicapai dalam beberapa minggu terakhir dan jauh lebih rumit daripada perundingan putaran pertama.