Profil Raja Abdullah Yordania yang Pimpin Pembagian Bantuan untuk Warga Gaza Lewat Udara

Maria Regina Sekar Arum, Jurnalis
Kamis 29 Februari 2024 17:20 WIB
Profil Raja Abdullah Yordania yang pimpin pembagian bantuan untuk warga Gaza lewat udara (Foto: Royal Palace/Reuters)
Share :

YORDANIA - Perang antara Israel dan Hamas dimulai pada tanggal 7 Oktober 2023, ketika Hamas menerobos perbatasan dan menyerbu Israel selatan yang menewaskan sekitar 1.200 orang.

Melansir Time of Israel, sebagai tanggapan, Israel melancarkan serangan udara dan invasi darat, bersumpah untuk membasmi Hamas dan mengakhiri 16 tahun kekuasaan kelompok teroris tersebut di Jalur Gaza.

Kementerian Kesehatan Gaza, yang dikelola Hamas mengatakan lebih dari 28.000 orang telah terbunuh sejak perang dimulai.

Namun angka-angka ini tidak dapat diverifikasi secara independen, dan diantara alasan-alasan lain diyakini termasuk warga sipil dan anggota Hamas yang terbunuh di Gaza. 

Yordania, yang berbatasan dengan Tepi barat, khawatir bahwa eskalasi konflik di Gaza dan kekerasan yang dilakukan oleh pemukiman bersenjata, dapat menyebabkan eksodus massal warga Palestina ke seberang sungai.

Raja Yordania Abdullah berpartisipasi dalam pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Langkah ini menyoroti peran kerajaan tersebut dalam mendesak Israel untuk memfasilitasi upaya lebih lanjut untuk memerangi penyakit dan kelaparan di wilayah kantong yang dilanda perang tersebut.

Raja, yang vokal menyuarakan dukungannya untuk mengakhiri perang antara Israel dan Hamas di Gaza, untuk berkunjung ke ibu kota utama negara-negara Barat, bertemu dengan Presiden AS Joe Biden di Washington.

Yordania telah berhasil membujuk Israel untuk mengizinkan Program Pangan Dunia (WFP) mengirim pasokan dari Yordania ke Gaza melalui jalur darat lain, meninggalkan perbatasan utama Rafah dengan kapasitas terbatas.

Siapa Raja Abdullah Yordania yang pimpin pembagian bantuan untuk warga Gaza lewat udara? Berikut profil lengkapnya.

Mengutip Britannica, Raja Abdullah lahir pada 30 Januari 1962 di Amman, Yordania yang merupakan raja Yordania sejak tahun 1999. Abdullah menggantikan ayahnya, yaitu Hussein yang mengangkat putra mahkota Abdullah hanya beberapa minggu sebelum kematiannya.

Abdullah adalah anggota dinasti Hashemite dan dianggap oleh umat Islam yang taat sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad. Pengaruh dinasti Yordania setelah kemerdekaan bermula dari pengaruhnya sebagai penjaga kota suci Mekah dan Madinah pada masa Kesultanan Utsmaniyah.

Putra sulung Raja Hussein, Abdullah, menjabat sebagai Putra Mahkota hingga ia berusia tiga tahun, namun karena kerusuhan di Timur Tengah, Hussein mencalonkan paman dewasa Abdullah, Pangeran Hassan, sebagai pewaris takhta.

Abdullah menempuh pendidikan di Inggris dan Amerika Serikat, lulus dari Royal Military Academy, Sandhurst, Inggris, pada tahun 1980. Ia kemudian juga bertugas di tentara Inggris dan Yordania.

Pada tahun 1993, ia diangkat menjadi wakil komandan pasukan khusus elit negara.

Ia menjadi komandan Pasukan Khusus pada tahun 1994, posisi yang dipegangnya hingga ia naik takhta.

Abdullah menikah dengan Rania Alyasin, seorang warga Palestina dari Kuwait, pada tahun 1993. Pada bulan Januari 1999, Raja Hussein, yang kesehatannya menurun, mengangkat Abdullah sebagai pewaris baru takhta Hashemite. Hanya beberapa jam setelah kematian ayahnya pada 7 Februari 1999, Abdullah dilantik sebagai Raja Yordania.

Dalam peran barunya, Abdullah terus mengikuti banyak pedoman ayahnya. Setelah serangan 11 September 2001, Abdullah mendukung upaya AS untuk memerangi terorisme, dan setelah invasi pimpinan AS ke Irak tahun 2003, pasukan AS diizinkan untuk mempertahankan pangkalan di Yordania.

Mendukung perjanjian perdamaian Arab-Israel juga menjadi prioritas utama Abdullah.

Ia terus menunjukkan komitmennya terhadap proses perdamaian dengan berpartisipasi dalam negosiasi solusi dua negara, bertemu dengan para pemimpin Israel dan Palestina, dan menarik perhatian internasional terhadap masalah ini.

Di Yordania, Abdullah mempromosikan modernisasi ekonomi dan sosial dengan memperkenalkan reformasi pasar bebas dan berbagai inisiatif untuk meningkatkan status perempuan.

Liberalisasi politik menjadi prioritas yang lebih rendah. Perdana Menteri Abdullah telah mengambil beberapa langkah untuk memungkinkan partisipasi politik yang lebih besar, namun langkah tersebut masih ragu-ragu dan sering kali kontraproduktif.

Yang paling penting, Abdullah berusaha mengendalikan Front Aksi Islam, sayap politik Ikhwanul Muslimin di Yordania dan kelompok oposisi terbesar di negara itu, dan berupaya meningkatkan pemungutan suara berdasarkan platform, bukan kepentingan pribadi atau suku pembaruan.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya