HAITI – Kekerasan dan kerusuhan sudah berlangsung selama bertahun-tahun di Haiti. Situasi di negara termiskin di Benua Amerika ini semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Geng-geng kriminal sudah menguasai hampir 80% wilayah di ibu kota Port-au-Prince.
Lalu, sebetulnya apa tujuan geng kriminal itu melakukan teror di Haiti? Dikutip BBC, tidak jelas apa tujuan jangka panjang pemimpin geng terkenal Jimmy ‘Barbecue’ Chérizier dalam melakukan aksinya meneror Haiti. Pada Selasa (5/3/2024) dia mendesak rakyat Haiti untuk bersatu.
“Haiti akan menjadi surga bagi kita semua, atau neraka bagi kita semua,” katanya kepada wartawan sambil mengenakan rompi antipeluru.
Kendati demikian, saat ini, untuk jangka pendeknya, geng kriminal mendesak Perdana Menteri (PM) Ariel Henry segera mundur. Bahkan pemimpin geng di balik kekerasan yang melanda ibu kota Haiti, Jimmy ‘Barbecue’ Chérizier telah memperingatkan akan terjadi "perang saudara" jika Henry tidak mundur.
‘Barbecue’ memperingatkan pada Selasa (5/3/2024) bahwa jika Henry tidak mengundurkan diri, pihaknya akan akan langsung menuju perang saudara yang akan mengarah pada genosida.
Hal ini diungkapkan saat anggota gengnya mencoba merebut bandara ibu kota untuk mencegah Henry kembali dari luar negeri.
Peningkatan kekerasan terbaru dimulai pada Kamis (29/2/2024), ketika PM melakukan perjalanan ke Nairobi untuk membahas pengiriman pasukan keamanan multinasional pimpinan Kenya ke Haiti.
Di masa lalu, ia pernah menyarankan pembentukan "dewan tetua", sekelompok perwakilan masyarakat sipil dari berbagai wilayah, untuk menggantikan perdana menteri.
Haiti tidak memiliki pejabat pemerintah terpilih. Tidak ada pemilu yang diadakan sejak tahun 2016 di negara ini.
Kekosongan yang disebabkan oleh kurangnya pejabat terpilih telah diisi oleh geng-geng yang diperkirakan menguasai sekitar 80% ibu kota.
Penculikan untuk mendapatkan uang tebusan adalah hal biasa dan banyak sekolah serta rumah sakit harus ditutup karena kurangnya keamanan.
Kepala Koordinator Kemanusiaan PBB di Haiti, Ulrika Richardson, mengatakan kepada program Newshour BBC bahwa orang-orang sangat ketakutan.
Richardson mengatakan kekerasan digunakan tanpa pandang bulu terhadap orang lain, terhadap perempuan dan anak-anak. Kekerasan seksual juga terjadi.
“Kami melihat mayat di jalan-jalan, kami mendengar laporan langsung tentang kekejaman yang dialami perempuan dan banyak anak-anak,” katanya kepada BBC.
Kekerasan sejauh ini sebagian besar terkonsentrasi di ibu kota dan sekitarnya. Namun ada juga laporan penembakan di kota Jeremie, di barat daya, dan kerusuhan di penjara Jacmel di selatan.
Dewan Keamanan PBB mengatakan akan mengadakan pertemuan darurat pada Rabu (6/3/2024) malam untuk membahas kekerasan tersebut.
(Susi Susanti)