GAZA - Bagaimana pelaksanaan Ramadhan kali ini sangat bergantung pada kejadian di Gaza serta pembatasan yang diberlakukan oleh Israel.
Menteri Keamanan Nasional Israel yang berhaluan sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, menyerukan pembatasan ketat terhadap akses warga Muslim Israel ke al-Aqsa, dengan mengatakan hal ini untuk menghentikan Hamas merayakan kemenangansementara sandera Israel tetap disandera di Gaza.
Namun, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu kini menolak rencana tersebut.
Belum jelas berapa banyak orang yang diizinkan memasuki lokasi tersebut.
Pada Minggu (10/3/2024), Israel mengatakan jamaah akan diizinkan masuk ke Temple Mount dalam jumlah yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya.
Dilaporkan bahwa pada bulan ini dan setiap bulan mereka akan mengizinkan salat yang aman dan benar, dan mendesak masyarakat untuk tidak mendengarkan rumor palsu.
Selama perang Gaza, Israel sebagian besar memblokir warga Palestina dari Tepi Barat untuk memasuki Yerusalem. Biasanya, massa dalam jumlah besar akan melewati pos pemeriksaan militer Israel untuk menghadiri salat Jumat di bulan suci ini.
Juru bicara pemerintah Israel, Eylon Levy, menegaskan bahwa keputusan yang tepat akan diambil untuk menjaga kebebasan beribadah.
"Ramadhan sering kali menjadi momen ketika unsur-unsur ekstremis mencoba mengobarkan dan mengobarkan kekerasan. Kami berupaya mencegah hal itu," katanya kepada BBC.
“Kami akan terus memfasilitasi akses ke Temple Mount untuk beribadah seperti tahun-tahun sebelumnya, memperjelas bahwa ini adalah kebijakan kami dan tentu saja akan menentang siapa pun yang bertekad mengganggu perdamaian,” lanjutnya.