Kisah Sedih Pasien Kanker Terpaksa Berhenti Berobat karena Tak Bisa Tinggalkan Gaza

Susi Susanti, Jurnalis
Jum'at 15 Maret 2024 06:00 WIB
Kisah sedih pasien kanker terpaksa behenti berobat karena tak bisa tinggalkan Gaza (Foto: Reuters)
Share :

GAZA – Beberapa pasien kanker harus menerima kenyatan pahit jika mereka tak bisa lagi berobat karena tak bisa meninggalkan Gaza akibat perang Israel.

"Obatku sudah habis. Aku lelah sekali. Aku hampir tidak bisa melihat ke depan. Kemoterapiku sudah lama habis," kata Siham, wanita berusia 62 tahun itu menderita leukemia. Sebelum perang pecah, dia dirawat di Rumah Sakit (RS) Persahabatan Turki-Palestina di Gaza utara, satu-satunya rumah sakit kanker di Jalur Gaza.

Siham telah kehabisan obat-obatan dan belum menerima perawatan sejak rumah sakit Persahabatan Turki-Palestina ditutup pada November lalu.

“Mereka bilang utusan Turki belum datang. Apakah hidup kita tidak sepenting kedatangan utusan Turki? Bagaimana seseorang bisa keluar? Atau karena kita tidak terhubung dengan baik?,” terangnya.

Menurut angka dari kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza, dia adalah salah satu dari sekitar 10.000 pasien kanker di Gaza yang tidak bisa mendapatkan perawatan atau obat-obatan sejak rumah sakit tersebut ditutup pada minggu pertama bulan November karena kekurangan bahan bakar.

Seperti pengungsi Palestina lainnya di Gaza, yang menurut perkiraan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) berjumlah 1,7 juta jiwa, Siham meninggalkan rumahnya di utara ketika lingkungannya terkena serangan udara. Dia diketahui berlindung bersama putrinya, yang memiliki bayi baru lahir, di sebuah sekolah di Rafah yang dikelola oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA.

Dia telah berusaha pergi untuk mendapatkan perawatan yang menyelamatkan nyawanya selama berbulan-bulan, namun telah ditolak di perbatasan Rafah sebanyak lima kali sejak perang dimulai, yang saat ini merupakan satu-satunya jalan keluar dari Gaza.

Semua penyeberangan perbatasan dengan Gaza ditutup selama hampir empat minggu setelah Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober, menewaskan lebih dari 1.200 orang dan menyandera 253 lainnya. Kampanye militer Israel selanjutnya di Gaza telah menewaskan lebih dari 31.000 warga Palestina dan menyebabkan lebih dari 73.000 orang terluka, menurut kementerian kesehatan.

Pada November lalu, Mesir membuka kembali penyeberangan Rafah untuk memungkinkan warga negara Mesir dan pemegang paspor asing lainnya untuk pergi, serta warga Palestina yang terluka parah dan sakit.

Laporan terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 2.600 pasien telah dievakuasi melalui Rafah, terdiri dari 1.700 orang terluka dan 900 orang sakit.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya