Pembatasan tersebut sebagian dilonggarkan pada 2021 dan 2022, memungkinkan orang berusia di atas 65 tahun untuk berpuasa, dan polisi mengurangi jumlah penggeledahan rumah serta aktivitas patroli jalan. Namun pada 2023, pihak berwenang memerintahkan seluruh Muslim di Xinjiang untuk tidak berpuasa, dan bahkan menggunakan mata-mata untuk melaporkan mereka yang melakukan puasa.
"Partai Komunis China secara agresif melakukan kampanyenya untuk menghilangkan keyakinan agama masyarakat Uighur selama bulan suci Ramadhan," kata Ablikim Idris, direktur eksekutif Pusat Studi Uighur yang berbasis di Washington.
"Selama bulan Ramadhan, pihak berwenang China telah menyelenggarakan sesi indoktrinasi politik, nyanyian dan tarian, serta hiburan lainnya bagi warga Uighur untuk menghilangkan keimanan mereka terhadap Islam dari dalam hati mereka," ujarnya.
"Tujuan mereka adalah untuk menginjak-injak kepercayaan masyarakat Uighur yang telah berusia ribuan tahun dan mengubah mereka menjadi masyarakat tanpa Tuhan dan agama."
Stabilitas Sosial
Seorang petugas polisi di Atush yang dihubungi RFA Uyghur mengatakan bahwa pihak berwenang ditugaskan mengoordinasikan berbagai kegiatan dan acara – beberapa mengawasi keamanan, sementara yang lain melakukan pengawasan atau mengatur pertunjukan seni.
“Kami telah bekerja tanpa kenal lelah, tanpa istirahat, beroperasi 24 jam sehari," katanya.
Direktur keamanan sebuah desa di Upper Atush mengatakan kepada Radio Free Asia bahwa sejak awal Ramadhan, warga harus berkumpul di balai pertemuan desa pada sore hari. "Kami telah mengiklankan peraturan hukum dan mengadakan acara studi mingguan untuk masyarakat," ucapnya,