GAZA - Pasukan Israel memerangi Hamas di Gaza pada Rabu, (15/5/2024) termasuk di kota Rafah di selatan yang selama ini menjadi tempat perlindungan warga sipil, dalam peningkatan perang yang telah berlangsung lebih dari tujuh bulan dan telah menewaskan puluhan ribu orang orang-orang Palestina.
Antagonisme antara Israel dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memburuk ketika tentara Israel mencari penjelasan atas rekaman yang menunjukkan orang-orang bersenjata di samping kendaraan badan bantuan Palestina PBB. Secara terpisah, India sedang berupaya untuk membawa pulang jenazah seorang staf PBB yang tewas di Rafah yang menurut badan global itu adalah tembakan tank.
Pasukan Israel dalam beberapa hari terakhir telah mendorong ke timur Rafah untuk mengejar apa yang mereka katakan sebagai empat batalyon Hamas meskipun ada peringatan dari sekutu utama Israel, Amerika Serikat (AS), untuk menunda serangan guna menghindari jatuhnya korban sipil dalam jumlah besar.
AS juga ingin Israel membuat rencana yang jelas untuk masa depan Gaza, sebuah posisi yang digarisbawahi oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Antony Blinken dengan mengatakan bahwa baik pemerintahan Israel maupun pemerintahan Hamas tidak dapat diterima.
“Kita juga tidak boleh mengalami anarki dan kekosongan yang kemungkinan besar akan diisi oleh kekacauan,” kata Blinken saat berkunjung ke Ukraina, dikutip Reuters.