MALADEWA - Pemerintah Maladewa mengumumkan akan melarang warga negara Israel memasuki kepulauan di Samudera Hindia. Larangan ini terkait dengan perang Israel yang terus berkobar di Gaza. Hal ini memicu peringatan dan kemarahan dari Kementerian Luar Negeri Israel bahwa warga negaranya harus menghindari negara tersebut.
Sekitar 11.000 orang Israel mengunjungi Maladewa pada tahun lalu, kurang dari 1% dari seluruh kedatangan wisatawan.
Lebih dari 36.000 orang telah terbunuh di Gaza sejak dimulainya konflik, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Perang dimulai pada bulan Oktober ketika orang-orang bersenjata Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 252 orang kembali ke Gaza.
Di Amerika Serikat (AS), Presiden Joe Biden menghadapi meningkatnya kritik dalam negeri mengenai tingkat dukungan AS terhadap Israel, serta seruan untuk berbuat lebih banyak guna mendorong pihak-pihak yang bertikai untuk bernegosiasi.
Dalam pidatonya yang disiarkan televisi pekan lalu, Biden mengatakan bahwa tahap kedua dari rencana tersebut akan mengembalikan semua sandera yang masih hidup, termasuk tentara pria. Gencatan senjata kemudian akan menjadi penghentian permusuhan, secara permanen.
Namun usulan tersebut mendapat tentangan keras dari beberapa anggota pemerintah Israel.
Dikutip BBC, negosiasi ini terjadi ketika pertempuran berlanjut di Rafah, yang menjadi sasaran serangan udara Israel yang intens selama akhir pekan.
Menurut UNRWA, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pengungsi Palestina, seluruh 36 tempat penampungannya di kawasan Rafah kosong setelah warga terpaksa mengungsi.
1,7 juta orang lainnya diperkirakan mengungsi di Khan Younis dan sebagian Gaza tengah.
Namun pada Sabtu (1/6/2024), dua menteri sayap kanan Israel mengancam akan mundur dan meruntuhkan koalisi pemerintahan negara itu jika Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menyetujui kesepakatan tersebut.
(Susi Susanti)