Dia menambahkan, para pemilih ingin para pihak menemukan titik temu.
“Melalui suara mereka, mereka telah menunjukkan dengan jelas dan jelas bahwa demokrasi kita kuat dan bertahan lama,” katanya.
Partai-partai politik di Afrika Selatan mempunyai waktu dua minggu untuk menyusun kesepakatan koalisi, kemudian parlemen baru akan duduk untuk memilih presiden.
DA yang berhaluan kanan-tengah tetap menjadi partai terbesar kedua di parlemen dengan 87 kursi, dan mengatakan mereka terbuka untuk pembicaraan koalisi.
“Kami mendesak semua orang yang mencintai konstitusi kami dan semua yang diwakilinya untuk mengesampingkan politik kecil dan mempersempit kepentingan sektarian dan bergandengan tangan sekarang,” kata pemimpin DA John Steenhuisen.
Namun, partainya menentang dua prioritas utama ANC yakni kebijakan pemberdayaan kulit hitam, yang bertujuan untuk memberikan warga kulit hitam bagian dalam perekonomian setelah mereka dikucilkan selama era apartheid rasis, dan RUU Asuransi Kesehatan Nasional (NHI), yang menjanjikan jaminan kesehatan universal untuk semua.
ANC mengatakan kedua kebijakan tersebut tidak dapat dinegosiasikan dalam pembicaraan koalisi.
Mantan Presiden Jacob Zuma, yang kini memimpin partai uMkhonto weSizwe (MK) yang menduduki peringkat ketiga dengan 58 kursi, tidak menghadiri pengumuman hasil pemilu dan menyarankan agar ia menantang partai tersebut.
MK mengatakan pihaknya siap bekerja sama dengan ANC, namun hal ini tidak akan terjadi jika ANC dipimpin oleh Ramaphosa.
Dia menggantikan Zuma sebagai presiden dan pemimpin ANC setelah perebutan kekuasaan yang sengit pada tahun 2018.
Dalam wawancara dengan BBC, Patrick Gaspard, yang merupakan duta besar AS untuk Afrika Selatan pada tahun 2013-2016, menggambarkan kedua politisi tersebut sebagai ‘musuh bebuyutan’.
(Susi Susanti)