Kelompok Peretas China
Sindikat China, yang mencari peluang dan pelanggan baru, semakin terlibat dalam kejahatan siber di negara-negara tetangga, termasuk di India. Sementara lonjakan nyata dalam kegiatan tersebut ditemukan di Myanmar, Kamboja, Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand, lapor India Today mengutip badan intelijen India.
Sindikat yang didukung Beijing ini terlibat dalam berbagai kegiatan terlarang, termasuk pencurian informasi pribadi, perjudian lintas batas, penipuan e-commerce, penipuan asmara, dan ancaman persisten tingkat lanjut (APT). Dengan operasi mereka yang menjangkau banyak negara, kelompok-kelompok ini menimbulkan ancaman keamanan siber yang signifikan bagi kawasan, lapor India Today, mengutip sumbernya di badan intelijen India.
Pada awal Maret, pemerintah Inggris dan AS menuduh kelompok peretas Advanced Persistent Threat 31 (APT 31), yang didukung badan mata-mata pemerintah China, melakukan kampanye serangan siber selama setahun, yang menargetkan politisi, pejabat keamanan nasional, jurnalis, dan bisnis, lapor The Guardian.
Para peretas berpotensi memperoleh akses ke informasi puluhan juta pemilih Inggris di database Komisi Pemilihan Umum. Mereka juga dapat melakukan spionase siber yang menargetkan anggota parlemen Inggris yang selama ini vokal terhadap potensi ancaman dari China, seperti laporan The Guardian.
Baru-baru ini pada Maret lalu, sebuah dakwaan dilayangkan kepada tujuh warga negara China atas konspirasi melakukan intrusi komputer dan melakukan penipuan terkait keterlibatan mereka dalam kelompok peretas yang bermarkas di China.
Kelompok itu disebut telah menghabiskan waktu sekira 14 tahun untuk menyerang kritikus, bisnis, dan pejabat politik AS dan asing guna mendukung tujuan spionase ekonomi dan intelijen asing China.
(Susi Susanti)