Gunakan Strategi Naga Biru, China Klaim 90 Persen Laut Cina Selatan

Rahman Asmardika, Jurnalis
Rabu 19 Juni 2024 15:05 WIB
Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan yang diklaim Beijing (Foto: US Navy via Reuters)
Share :

China telah mengajukan klaim atas pulau-pulau buatan dan reklamasi, yang bertujuan memperluas zona ekonomi eksklusifnya dan mengganggu perdagangan reguler, yang melanggar Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS).

Beijing telah memiliterisasi pulau-pulau kecil di Laut China Selatan dengan memasang radar pantai, pangkalan rudal, dan landasan pacu. Pulau-pulau berbenteng ini telah membuat pengerahan kapal induk China di Laut China Selatan tidak diperlukan, karena pangkalan-pangkalan ini dapat melakukan fungsi yang sama.

Ketegangan di Laut China Selatan

Strategi Naga Biru China, yang diperbarui dengan '10 garis putus-putus' pada 2023, menegaskan kendali atas 90 persen Laut China Selatan. Strategi ini mendukung penangkapan ikan secara ilegal (IUU) di ZEE negara lain, yang didukung hukum dan kekuatan Penjaga Pantai China jika diperlukan.

Penjaga Pantai China juga kerap menyusup ke pos terdepan maritim negara-negara ASEAN. Namun, Vietnam telah mengatasi perselisihan tersebut melalui diplomasi yang tenang dan non-konfrontasi.

Beralih dari sikap pasif era Rodrigo Duterte, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mulai menentang niat China terhadap pulau-pulaunya. Filipina telah menghidupkan kembali aliansinya dengan AS dan memperkuat hubungan dengan Jepang.

"Sepuluh Garis Putus-Putus" China meluas hingga perairan dekat Malaysia dan Brunei Darussalam, tetapi negara-negara ini tidak banyak memberikan perlawanan terhadap armada China yang melintasi perairan mereka. Taiwan, penggugat lain atas pulau-pulau regional tertentu, berselisih dengan China, yang menganggap para pemimpin Taiwan berupaya mendeklarasikan kemerdekaan yang didukung AS -- sebuah gagasan yang ingin ditekan China

Secara historis, Indonesia tidak secara langsung terdampak oleh "9 Garis Putus-Putus." Namun, selama masa jabatan awal Presiden Joko Widodo (Jokowi), upaya mengecilkan masalah konfrontasi dengan China ditangkal armada penangkap ikan China yang kerap merambah ke Laut Natuna. Sebagai tanggapan, Indonesia membuat gerakan simbolis, seperti mengadakan rapat kabinet di atas kapal perang di sekitar Natuna.

Meski ada upaya dari Angkatan Laut Indonesia untuk mengendalikan aktivitas penangkapan ikan China, dominasi China tetap ada. Strategi Naga Biru juga mencakup Sri Lanka dan Maladewa, yang menyediakan rute bagi China dari Laut China Selatan ke Samudra Hindia bagian barat.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya