MALANG - Abuya Mama Ghufron, tokoh ulama Pondok Pesantren (Ponpes) di Malang menjadi perhatian usai ceramah bahasa Suryani. Bahkan pada potongan video yang beredar di media sosial (medsos), Abuya Mama Ghufron menyebutkan penggunaan bahasa Suryani di alam kubur.
Sontak saja potongan video pengajian tokoh ulama bernama KH. Muhammad Abdul Ghufron, atau dengan nama lahir Iyus Sugirman, menjadi perbincangan, terutama di kalangan warganet. Pro-kontra di masyarakat terjadi usai bahasa Suryani yang disebut dikuasai oleh Abuya Mama Ghufron, yang menjadi pengasuh Ponpes UNIQ Nusantara, Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang.
Ubad Aminullah, pengurus Ponpes UNIQ Nusantara menyebut, penyebutan bahasa Suryani yang digunakan pertanyaan di alam kubur, sebenarnya bukanlah pertama disebut oleh Abuya Mama Ghufron. Ada beberapa ulama lain sebelumnya, seperti Syekh Abdul Qodir Jaelani, Syekh Jalaluddin Assuyuthi, Syekh Bulqini, hingga Syekh Ibrahim Al Baijuri mengatakan bahasa Suryani menjadi bahasa yang ditanyakan ketika di alam kubur.
"Bukan Abuya yang pertama mengatakan seperti itu (bahasa Suryani sebagai bahasa yang ditanya di alam kubur). Kalau orang sadar kitab dan mengaji kitab, ada ulama yang berpendapat bahasa Suryani," ucap Ubad Aminullah, ditemui di Ponpes UNIQ Nusantara, Desa Pamotan, Jumat (28/6/2024).
Ubad juga menegaskan, bahwa bahasa Suryani bukanlah aqidah atau ajaran yang menyimpang. Maka penggunaan atau belajar bahasa Suryani tidak akan menjadikan seorang manusia itu kafir atau sesat.
"Bahasa Suryani itu seakan-akan aqidah, padahal bukan aqidah. Dalam hal ini percaya atau tidaknya orang tentang Bahasa Suryani, tidak akan menjadikan dosa atau kufur, karena dalam hal ini adalah Furu' bukan masalah aqidah," terangnya.
Namun diakui ada perbedaan pendapat ulama mengenai bahasa Suryani yang digunakan dalam alam kubur. Bagi pihaknya sebagaimana diajarkan oleh Abuya Mama Ghufron, hal itu dianggap wajar dan tak perlu dipermasalahkan.
"Perbedaan pendapat ulama tentang pertanyaan kubur dengan bahasa arab atau suryani, itu sudah lumrah, yang jelas menurut qoul yang shohih. Pertanyaan kubur itu sesuai dengan dialegnya atau lughohnya masing masing," kata dia.
Hal ini juga menegaskan bahwa Suryani di sini bukanlah ajaran agama baru, tetapi lebih ke bahasa. Bahkan dari beberapa kitab kuning yang diajarkan di beberapa Ponpes Nahdlatul Ulama (NU), juga disinggung soal bahasa Suryani yang menjadi bahasa pertama digunakan Nabi Adam As.
"Nabi Adam itu bahasa Suryani. Ketika dihisab pakai Suryani, ketika masuk surga baru bahasa Arab nah karya-karya Abuya ini tulisan aslinya menggunakan abjad Suryani, dipelajari abjadnya," tuturnya.
Makanya ada kalimat populer yang disebut sering digunakan Abuya yakni 'wamaakoli', dijelaskan Ubad Aminullah itu merupakan bagian dari doa menggunakan bahasa Suryani. Tidak ada maksud ajaran dan paham baru yang dinarasikan beberapa pihak di media sosial menyesatkan.
"Wamaakoli itu doa, ketika orang memviralkan sampai di depan Ka'bah itu saya senang baca wamakoli, mendoakan Indonesia," tegasnya.
Hal ini juga sudah dibuktikan adanya pertemuan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pengurus Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Malang, saat berkunjung ke Ponpes UNIQ Nusantara, untuk memastikan mengenai beberapa pernyataan dan informasi yang beredar di media sosial.
"Ponpes UNIQ Nusantara beraqidah Ahlussunah waljama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah, berpedoman Al Qur'an As-sunah Ijma' Qiyas. Bermadzhab Syafi'i, serta membenarkan tiga madzhab lain. Sumber tasawuf mengikuti metode Imam Ghozali dan Imam Junaid al-Baghdadi. Aqidahnya Metodologi Imam Abu Hasan Al Asy'ari dan Imam Abu Mansur Maturidi," pungkasnya.
Sebelumnya, Ponpes UNIQ Nusantara menjadi perhatian usai ceramah Abuya Mama Ghufron, atau bernama asli Abdul Ghufron Al Bantani, disebut kontroversial. Pada ceramahnya Abuya Mama Ghufron menyebut bisa berbahasa Suryani, berbahasa semut, hingga menjadi penjaga neraka.
Video itu disebut telah dipotong-potong oleh orang tak bertanggung jawab di media sosial. Potongan video itu merupakan ceramah dan kajian agama yang diadakan rutin di Ponpes UNIQ Nusantara, Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang.
(Awaludin)